Monday, August 16, 2010







by http://www.jekson.janry@gmail.co.id

Read more: Membuat Efek Matrix di Blog | jekson.janry@gmail.co.id http://www.jekson.janry@gmail.co.id /2010/08/membuat-efek-matrix-di-blog.html#ixzz0wkTBkLou

Tuesday, August 10, 2010

Gold card Hotel Marcopolo

Company KULCARD cooperation with the HOTEL of MARCOPOLO jakarta promote by Discount Community.





to all member newly, getting opportunity to win the present draw every 3 month once from KULCARD which work along with the hotel Marcopolo jakarta.



Kartu discount ini bisa di pergunakan sangat Up to date selain bisa di[pergunakan di Hotel marcopolo jakarta dan di resto, fashion,lifestyle dan entertainment
seperti
this card discount can utilizing very Up to date, besides can be utilized in Hotel of marcopolo jakarta and in resto, fashion,lifestyle and entertainment


like
 













2


Editing by: Jekson Sitorus,S.T,MM

Monday, August 2, 2010

Kegagalan Adalah Keberhasilan yang Tertunda


KEGAGALAN adalah keberhasilan yang tertunda, begitu nasihat yang sering kali diucapkan seseorang kepada rekannya yang sedang mengalami kegagalan. Maksud penyampaian nasihat ini tentu untuk memberikan semangat bahwa kegagalan bukanlah kiamat atau akhir dari segalanya.



Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan. Baik itu kegagalan di dalam perdagangan, kegagalan dalam pernikahan, kegagalan dalam kuliah, kegagalan dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Bahkan orang-orang besar yang terlihat bergelimang kesuksesan sekalipun pasti pernah mengalami kegagalan di dalam hidup mereka.

Douglas McArthur mengatakan, ”There is no security in this earth, there is only opportunity”. Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu hal yang pasti akan terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan kita akan sukses. Tidak ada jaminan bahwa mobil kita tidak akan mogok ketika akan digunakan besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan segera sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menjamin bahwa umur mereka akan lebih dari 1 jam lagi.

Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar yang telah mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga sering mengalami kegagalan. Pada saat Edison mencoba untuk menemukan lampu pijar, ia mengalami ribuan kali kegagalan dalam mencari bahan dasar kawat pijar yang dapat digunakan. Tetapi kegagalan-kegagalan ini tidak memupuskan semangatnya untuk terus mencoba meraih apa yang ia harapkan.

Oleh karena itu, kita hanya dapat memanfaatkan peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang ingin kita ambil, kita harus dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan maksimal. Janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita pilih untuk dilaksanakan.

Tetapi ada beberapa kesempatan yang hanya datang sekali menghampiri kita. Seperti kesempatan untuk membesarkan dan mendidik anak dengan baik. Dalam menghadapi kesempatan semacam ini, kita haruslah bertindak maksimal dengan penuh perhitungan. Karena apabila kita gagal dalam menjalaninya, maka kita tidak akan pernah dapat memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan seperti inilah yang akan membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan yang telah kita perbuat. Sehingga kegagalan ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus merasakan dampak dari kegagalan ini.



Penyebab Kegagalan

Jika kita menelusuri penyebab kegagalan, maka kita dapat menggolongkan penyebab tersebut dalam dua golongan besar, yakni kegagalan karena faktor internal dan kegagalan karena faktor eksternal.

Kegagalan karena faktor internal adalah kegagalan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab kegagalan ini, seperti kurang perhitungan pada saat awal melangkah, kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu, atau karena menganggap remeh suatu pekerjaan tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling sering terjadi adalah rasa takut untuk mencoba atau memulai sesuatu kesempatan. Dengan menghindari peluang atau kesempatan bukan berarti kita telah terlepas dari kemungkinan kegagalan yang mungkin kita hadapi, akan tetapi kita justru telah menetapkan kegagalan tersebut sebagai pilihan kita.

Kegagalan internal ini akan mengakibatkan seseorang mengalami penyesalan dan kekecewaan mendalam. Seseorang yang gagal dan mengetahui bahwa kegagalan yang ia alami adalah buah dari kelalaian dirinya sendiri, akan merasa sangat menyesal atas kegagalan yang ia hadapi.

Sementara kegagalan yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, misalnya gangguan orang lain, kemampuan orang lain yang lebih baik dari kemampuan kita, kecurangan orang lain, atau nasib yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita. Biasanya seseorang akan lebih mampu menghadapi kegagalan eksternal ini. Karena dengan introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan dapat menghadapi kekecewaan yang ada.

Sedikit saya berikan penjelasan di sini mengenai ”nasib gagal” yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin banyak orang yang berpikir mengapa Tuhan ”menghukum” seseorang untuk mengalami kegagalan. Padahal orang tersebut telah melaksanakan kesempatannya dengan maksimal, tetapi masih tetap mengalami kegagalan di akhir usahanya. Terkadang manusia tidak tahu mengenai dampak yang akan ia dapatkan dari suatu kesuksesan yang akan ia peroleh. Padahal bisa jadi kesuksesan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya akan merusak rumah tangganya, atau akan mengganggu kesehatannya. Sehingga Tuhan memberikan kegagalan sebagai hasil terbaik untuk diri manusia tersebut.

Kunci utama dalam menghadapi kegagalan adalah berjiwa besar. Seseorang haruslah berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan internal ataupun eksternal. Khususnya kegagalan internal, seseorang haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau kelalaian yang telah ia perbuat. Tetapi kebanyakan orang biasanya lebih senang untuk mencari alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga orang seperti ini tidak akan pernah bisa belajar dari kegagalan yang ia alami.

Selain berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kemampuan untuk menghadapi permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dikenal sebagai Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak berkembang di masa kecil seseorang, di masa orang tua sangat berperan dalam hal memupuk dan mengembangkan kemampuan AQ anak. Tetapi bukan berarti seseorang yang memiliki kemampuan AQ yang kurang baik tidak akan dapat menghadapi kegagalan yang ia alami. Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan yang ia alami sekaligus meningkatkan kemampuan AQ yang ia miliki.

Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan pada saat kita menghadapi kegagalan:



1. Pasrah kepada Tuhan

”Segala hasil dari perbuatan, tindakan dan usaha yang kita lakukan, adalah merupakan Hak dan Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.” Jika kita dapat memahami dan mengamalkan kalimat di atas, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi suatu kegagalan.

Kemampuan seseorang untuk berserah diri kepada nasib ini juga akan sangat membantu dalam menanggulangi efek buruk yang mungkin timbul akibat kegagalan.

Suatu kegagalan yang tidak dapat dilalui dengan baik akan membekas di dalam pikiran bawah sadar seseorang. Pikiran bawah sadar mempunyai kemampuan menimbang-nimbang setiap masukan informasi dari pikiran sadar, kemudian dicocokkan dengan arsip yang ada pada pikiran bawah sadar yang ada hubungannya dengan kejadian yang sama di masa lalu. Jika tanggapan pikiran bawah sadar adalah negatif, maka pikiran bawah sadar akan mengirimkan reaksi negatif kepada pikiran sadar, dan selanjutnya pikiran sadar tanpa dapat dikontrol akan melakukan reaksi emosional, berupa marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain.

Apabila seseorang dapat melepaskan atau release kegagalan yang ia alami kepada nasib Tuhan, maka pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan menyimpannya sebagai sesuatu yang negatif.



2. Ambil Hikmah

”Pengalaman adalah guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan.” Hal ini mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita harus tetap berpikiran positif, dan harus dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Kita harus sadar bahwa risiko dari semua tindakan yang kita lakukan adalah sukses atau gagal.

Walaupun banyak pelajaran yang dapat diambil dari tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang tidak mau mengembalikan kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri. Mereka justru mengalihkan atau mengambinghitamkan kegagalan tersebut kepada orang lain. Hal inilah yang harus dapat kita hindari. Karena jika tetap mengambinghitamkan kegagalan kepada orang lain, kita tidak akan pernah dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.



3. Istirahat

Tiap kegagalan tentu akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih, iri dan lain sebagainya. Tentu saja efek emosional ini akan mengganggu aktivitas yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu ada baiknya apabila kita mengambil istirahat sejenak ketika mengalami kegagalan. Istirahat ini akan memberikan waktu pada diri kita untuk dapat menghindari efek emosional yang mungkin timbul.

Panjang waktu istirahat yang dibutuhkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang kita hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita hanya cukup untuk berwudu dan melakukan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika sebuah kegagalan besar, mungkin istirahat yang dibutuhkan berupa liburan dan rekreasi.



4. Bertanya dan Evaluasi

Apabila pikiran kita telah kembali jernih, maka kita harus dapat mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang kita alami. Banyak cara yang dapat kita lakukan, dapat dengan merenung sendiri, atau bertanya kepada teman, orang tua, guru, atau bahkan kepada rival kita.

Setelah kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didapi, maka kita dapat menyusun sebuah peta kekuatan baru mengenai kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, guna memulai sebuah kesempatan baru.



5. Memulai kegiatan baru

Memulai suatu kegiatan baru, merupakan salah satu solusi agar seseorang tidak larut di dalam kegagalan.

Pada saat memulai suatu kesempatan baru, kita haruslah benar-benar siap untuk melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan. Tetapi kita juga harus menyadari dari awal, seluruh kegiatan yang kita mulai dapat berakhir pada kesuksesan ataupun kegagalan.

Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta kekuatan baru yang kita miliki.

Ada dua kesempatan yang dapat kita lakukan. Pertama adalah tujuan baru dengan cara lama atau tujuan lama dengan cara baru. Kedua, tujuan baru dengan cara yang baru.n

Friday, July 30, 2010

ARTI SIMBOL RUMAH BATAK
Apa makna Cicak pada relief2 rumah adat Batak?". " Cicak adalah simbol Batak, orang Batak harus seperti Cicak, mampu hidup di rumah manapun ia berada, mampu menempel, melekat dan merayap, dan dalam keadaan genting tetap mampu menyelamatkan diri dengan mengecoh musuh memanfaatkan kecerdasannya". Sebuah metaphora dari Samosir.




", apa makna 4 bulatan dengan titik hitam di tengah pada relief tadi?". " Itu gambar payudara wanita. Lambang Ibu, Lambang Kasih Sayang, Lambang Kehidupan, Lambang Kesuburan. Untuk itulah orang Batak selalu menjunjung dan mengikuti apapun kata Inang (Ibu) nya. Karena itu dulu wanita idaman berpinggul & buah dada besar. Itu namanya TOMOK (Denok=Bahenol=Semok)"



" apa maksudnya pintu masuk rumah adat batak itu sedemikian kecilnya, sehingga masuk-pun harus dalam posisi membungkuk". "Dalam adat kami, semua orang itu Raja, dan rumah bagi seseorang adalah kerajaannya. Dengan ukuran pintu yang rendah dan tak begitu lebar, siapapun orang yang merasa dirinya "Tinggi" bila memang ingin masuk ke rumah kita akan "merendah" dan niat-niat & kuasa jahatnya pun musnah".



"Apakah ada makna perlambang dari atap rumah adat Batak, Ujung belakang lebih tinggi dari ujung depan, . "Tentu saja, dalam pemahaman leluhur kami agar terjadi kehidupan yang baik, maka generasi berikut harus lebih baik dari generasi kini. Tugas kami orang tua adalah memastikan agar generasi berikut mendapatkan kondisi sehingga mereka lebih baik dalam keahlian dan karya".



"Apa makna Rebung dan Bambu ? relief2 pucuk rebung ini menghiasi ragam hias rumah adat Batak?". " Ibarat rebung yang tumbuh tak jauh dari induknya dan terlindungi oleh sang Bambu, berkarier bagi orang Batak diutamakan adalah yang dekat dengan karir orangtua dan keluarganya. Bila orangtua adalah ahli bernegosiasi dalam acara2 adat, pantaslah sang anak untuk menjadi pengacara", kata si Opung Situmorang.



"Apa makna dari "UBI JALAR", ". "Ibarat kau tanam benih Ubi Jalar di sini, biarkanlah ia tumbuh sulurnya dan daunnya menjalar ke mana-mana, namun umbinya mengkuat menghujam dan membesar di sini". "Maksudnya, ?". "Tanamkan rasa pernghormatan kepada suku sendiri pada anak2 kita, sehingga kemanapun mereka pergi, kecintaannya makin menghujam dan membesar"



", dalam Tarian Tor-tor ada gerakan kedua telapak tangan dikatupkan dan digerak-gerakkan ke atas dan kebawah dengan cara ritmis, apa maksudnya itu?". "Ini adalah bentuk Somba (Sembah) penghormatan kepada Dzat yang maha tinggi yang menciptakan kita, dan ini pun pertanda penghormatan kita kepada bumi tempat berpijak, dan penghormatan pula kepada sesama dan semesta". .





Rumah Adat Batak Toba (Rumah Bolon)

Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, berbentuk empat persegi panjang dan kadang-kadang dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk memasuki rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.

pintu, lebarnya 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan ukiran, lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala singa pada ambang pintu. Pada zaman dahulu rumah bolon memiliki dua macam daun pintu, horizontal dan vertikal. Namun seiring perkembangan zaman hanya yang vertical di pakai hingga saat ini

Dinding rumah dibuat miring, berpintu dan jendela yang terletak di atas balok keliling. Atap rumah berbentuk segitiga dan bertingkat tiga, juga melembangkan rukut-sitelu. Pada setiap puncak dan segitiga-segitiga terdapat kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiaminya. Pinggiran atap sekeliling rumah di semua arah sama, menggambarkan bahwa penghuni rumah mempunyai perasaan senasib sepenanggungan. Bagian atap yang berbentuk segitiga terbuat dari anyaman bambu disebut lambe-lambe. Biasanya pada lambe-lambe dilukiskan lambang pembuat dari sifat pemilik rumah tersebut, dengan warna tradisional merah, putih dan hitam. Hiasan lainnya adalah pada kusen pintu masuk. Biasanya dihiasi dengan ukiran telur dan panah. Tali-tali penginkat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat dari ijuk atau rotan. Tali pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang, maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan 2 kepala saling bertolak belakang melambangkan semua penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling menghormati. Potongan yag lebih rendah dari dinding yang miring pada setiap sisi pintunya di penuhi dengan papan tiang jendela vertikal yang memberikan masuknya cahaya dan angin.

Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat. Ruangan di belakang sudut sebelah kanan disebut jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau por jabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap paling keramat. Di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong disebut Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Di sudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk anak laki-laki tertua yang sudah kawin dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu.

Bentuk – bentukdan ruang – ruang dimana posisinya dala ruang di atur oleh pola Grid. Dapat di lihat pada gambar di bawah ini ruang yang di atur berdasarkan modul grid.

Keseimbangan pada rumah batak toba adalah Simetris, baik secara fasade bangunan maupun secara denah.

Apabila di tarik garis pada poros tengah maka akan terlihat jelas.

Sirkulasi ruang

Pencapaian kebangnan tersarmar karenaarus melewati konfigurasi jalan yang lurus sebelum masuk ke bangunan

Pintu masuk ke bangunan menjorok ke dalam



BY" jekson

Sunday, July 25, 2010

tadi kita sudah menuliskan mengenai RENDAH DIRI
dan sekarang penulis menulis lagi tentang RENDAH DIRI
Rasa rendah diri, adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja. Rasa rendah diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang merasakannya melakukan kompensasi yang berlebihan untuk mengimbanginya, berupa prestasi yang spektakuler, atau perilaku antisosial yang ekstrim, atau keduanya sekaligus. Tidak seperti rasa rendah diri yang normal, yang dapat mendorong pencapaian prestasi, kompleks rasa rendah diri adalah berupa keadaan putus asa parah, yang mengakibatkan orang yang mengalaminya melarikan diri saat mengalami kesulitan.


Penelitian awal dalam bidang ini dipelopori oleh Alfred Adler, yang menggunakan contoh kompleks yang dialami Napoleon untuk mengilustrasikan teorinya. Beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa kompleks rendah diri juga dapat dirasakan pada tingkatan yang lebih luas, yaitu pada suatu budaya dari bangsa tertentu. Bangsa yang mengalaminya di antaranya Australia dan beberapa bangsa yang pernah dijajah lainnya.[1]

Aliran Adler menunjukkan perbedaan antara rasa rendah diri primer dan sekunder. Rasa rendah diri primer berakar dari pengalaman sebenarnya dari anak saat dia lemah, tak berdaya, dan tergantung pada orang lain. Perasaan demikian bisa lebih meningkat saat dibandingkan dengan sesamanya atau dengan orang dewasa. Rasa rendah diri sekunder berhubungan dengan pengalaman orang dewasa saat ia gagal mencapai tujuan akhir yang tidak disadari dan fiktif berupa keamanan subjektif dan berhasil mengkompensasi perasaan rendah dirinya. Jauhnya pencapaian tujuan akan membawa pada perasaan kurang yang akan mengembalikan perasaan rendah dirinya; gabungan perasaan rendah diri demikian akan sangat terasa. Tujuan yang ditentukan untuk menghilangkan rasa rendah diri pertama yang bersifat primer justru menjadi penyebab rasa rendah diri kedua yang bersifat sekunder. Lingkaran setan biasa dialami oleh penderita neurosis.

Penyebab

• Saat lahir - setiap orang lahir dengan perasaan rendah diri karena pada waktu itu ia tergantung pada orang lain yang berada di sekitarnya.

• Sikap orangtua - memberikan pendapat dan evaluasi negatif terhadap perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan sikap anak tersebut.

• Kekurangan fisik - seperti kepincangan, bagian wajah yang tidak proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.

• Keterbatasan mental - membawa rasa rendah diri saat dilakukan perbandingan dengan prestasi tinggi dari orang lain, dan saat diharapkannya penampilan yang sempurna padahal aturannya pun tidak dipahami.

• Kekurangan secara sosial - keluarga, ras, jenis kelamin, atau status sosial.

Manifestasi

Perasaan ini bisa dimanifestasikan dalam bentuk penarikan diri dari kontak sosial atau pencarian perhatian yang berlebihan dari orang lain, kritik, kepatuhan berlebihan, dan perasaan khawatir.
RENDAH HATI

in our life everyday. Human being more tend to served, given the special rights, majored and respected.



Mau Melayani

Dalam edisi yang lalu kita telah membahas mengenai arti kepemimpinan sejati, yaitu kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Ciri ini hampir jarang ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari. Manusia lebih cenderung ingin dilayani, diberi hak-hak istimewa, diutamakan dan dihormati. Bahkan menurut Dale Carnegie, salah satu prinsip dasar dalam menangani manusia adalah membuat orang lain merasa penting. Karena pada dasarnya setiap individu ingin merasa dirinya penting, diutamakan dan dihormati.

Dalam edisi yang lalu kita memberikan sebuah contoh yang menarik tentang wakil rakyat yang enggan turun ke wilayah yang dilanda bencana banjir. Kita melihat betapa angkuhnya para politisi dan pemimpin kita tersebut yang tidak bergeming sekalipun rakyatnya menderita akibat bencana banjir. Kepemimpinan justru sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Bahkan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.

Sifat mau melayani dimulai dari dalam diri kita. Mau melayani menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Hal tersebut dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani orang lain. Kembali kita diingatkan bahwa sifat mau melayani berarti memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dilayani. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari orang lain yang membutuhkan pelayanannya.



Memandang Setiap Individu Unik, Istimewa dan Penting

Pribadi yang rendah hati biasanya justru memandang bahwa orang lain sebagai ciptaan Tuhan memiliki keunikan dan keistimewaan, sehingga dia senantiasa membuat orang lain merasa penting. Karena sesungguhnya setiap pribadi adalah istimewa. Setiap orang adalah spesial, unik, dan berhak untuk dihargai. Manusia adalah pribadi yang harus diperlakukan khusus. Manusia adalah makhluk yang sangat sensitif. Jika kita meragukan hal ini, lihat diri kita sendiri dan perhatikan betapa mudahnya kita merasa disakiti atau tersinggung.

Jika apa yang anda pikirkan mengenai orang lain berubah, maka sikap dan tindakan mereka terhadap anda juga akan berubah. Karena manusia sangat sensitif satu sama lain dalam banyak hal, kita biasanya sangat peka terhadap apa yang dipikirkan oleh satu sama lainnya. Jika hubungan kita dengan isteri/suami, kekasih, teman, rekan bisnis, rekan kerja atau orang tua kita tidak sebagaimana kita harapkan, cobalah lihat lebih jauh ke dalam pikiran kita – apa yang sesungguhnya kita pikirkan saat ini tentang orang tersebut. Orang seperti apa (suami/isteri, kekasih, sahabat, rekan) yang kita ciptakan dalam bawah sadar kita. Kita pasti memiliki hal-hal atau gambaran yang sangat negatif atau jelek tentang seseorang tersebut.



Mau Mendengar dan Menerima Kritik

Salah satu ciri kerendahan hati adalah mau mendengar pendapat, saran dan menerima kritik dari orang lain. Sering dikatakan bahwa Tuhan memberi kita dua buah telinga dan satu mulut, yang dimaksudkan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kadang-kadang hanya dengan mendengarkan saja kita dapat menguatkan orang lain yang sedang dilanda kesedihan atau kesulitan. Dengan hanya mendengar, kita dapat memecahkan sebagian besar masalah yang kita hadapi. Mendengar juga berarti mau membuka diri dan menerima, suatu sifat yang menggambarkan kerelaan untuk menerima kelebihan dan kekurangan orang lain maupun diri kita sendiri.

Demikian halnya dengan kritik, harus senantiasa dipandang sebagai sarana untuk kita belajar dan bertumbuh. Kritik harus kita pandang sebagai bahan baku kita untuk mengembangkan diri, bukan untuk menunjukkan kita salah atau benar. Apapun bentuk dan cara penyampaian kritik harus senantiasa kita pandang positif dalam proses pembelajaran yang berlangsung terus menerus dalam hidup kita. Banyak sekali dari kita yang memandang kritik sebagai hal yang pribadi yang menunjukkan kelemahan dan kegagalan kita. Padahal sebaliknya kritik justru menunjukkan kemenangan dan kedewasaan kita dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan.



Menang Tanpa Ngasorake, Ngalah Tapi Ora Kalah

Ada peribahasa Jawa yang mengatakan : ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, lan sugih tanpa bondo. Artinya menyerang tanpa pasukan, menang tanpa harus menindas dan kaya tanpa harta. Filosofi yang terkandung di dalamnya menunjukkan kerendahan hati yang sangat dalam. Dalam mengkritik atau memenangkan suatu persaingan kita tidak perlu menunjukkan kehebatan maupun memamerkan apa yang kita miliki, bahkan ketika kita menang sekalipun tidak ada rasa pamer atau kesombongan yang terlihat. Falsafah ini sungguh merupakan gambaran yang sangat jelas tentang arti rendah hati.

Sebaliknya, jika kita harus mengalah demi kebaikan ataupun jika kita kalah dalam suatu pertandingan atau persaingan kita tidak boleh merasa gagal atau dikalahkan. Kekalahan atau kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan atau kemenangan. Jangan hanya melihat hasil pada satu dimensi waktu tertentu, tetapi kita harus menikmati proses, karena orang bijak mengatakan success is a journey not a destination.



Berani Mengakui Kesalahan dan Meminta Maaf

Salah satu ciri manusia rendah hati adalah senantiasa berani mengakui kesalahan dan meminta maaf jika melakukan kesalahan atau menyinggung perasaan orang lain. Manusia rendah hati adalah manusia yang sangat peduli dengan perasaan orang lain. Bedakan dengan mereka yang senantiasa peduli dengan apa yang dikatakan orang lain. Orang seperti ini bukan rendah hati, tetapi rendah diri atau tidak memiliki rasa percaya diri, sehingga dia selalu khawatir dengan apa yang akan dipikirkan atau dikatakan orang lain tentang dirinya.



Rela Memaafkan

Rela memaafkan merupakan ciri seseorang yang rendah hati. Bahkan dalam setiap agama dikatakan bahwa kita harus mau mengampuni kesalahan sesama kita, karena Tuhan juga mau mengampuni dosa-dosa kita. Sifat ini justru tidak kita temui dalam keseharian kita. Masih banyak dari kita yang tidak dapat memaafkan orang lain dan senantiasa hidup dalam dendam dan sakit hati. Dalam edisi Mandiri yang membahas tentang topik ini, kita justru diingatkan bahwa dengan tidak rela memaafkan, kita justru membiarkan diri kita digerogoti oleh perasaan dendam dan sakit hati yang menimbulkan berbagai penyakit baik fisik maupun kejiwaan.

Rela memaafkan justru lebih ditujukan kepada kepentingan diri kita sendiri, untuk menghindarkan kita dari sakit penyakit dan tekanan dalam kehidupan kita.



Lemah Lembut dan Penuh Pengendalian Diri

Ciri yang jelas dari orang yang rendah hati adalah sikapnya yang lemah lembut (gentle) dan penuh pengendalian diri (self control). Dia tidak pernah membiarkan emosinya tidak terkendali dan lepas kontrol.

Dia tidak menunjukkan kemarahan dengan sikap kasar, kata-kata yang tidak baik, atau melakukan tindakan fisik. Kemarahan dia tunjukkan dalam rangka mendidik orang lain. Kemarahan atau kekecewaan yang dirasakan senantiasa dapat dia kendalikan sepenuhnya, dalam arti bukan diluapkan (expressed), bukan pula dilupakan, diacuhkan atau ditahan (supressed), tetapi dilepaskan dengan pasrah (released).

Ini merupakan ketrampilan spiritual yang sangat tinggi, dan nanti akan secara khusus dibahas dalam topik Pasrah.



Mengutamakan Kepentingan Yang Lebih Besar

Kembali kita diingatkan (melalui edisi yang lalu) bahwa tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.

Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.

Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepenting an publik amat jarang kita temui di republik ini.

Seorang yang rendah hati justru senantiasa mengutamakan kepentingan dan nilai yang lebih besar dibandingkan kepentingan pribadi ataupun golongannya. Sedangkan yang sering kita amati, justru para pemimpin, wakil rakyat dan politisi lebih menonjolkan kepentingan pribadi dan golongannya.

Demikian catatan kami mengenai sifat rendah hati, yang semoga dapat menjadi bahan renungan kita sekalian dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam konteks yang lebih sempit adalah untuk kita saling mendahului dalam memberi hormat dan menyatakan kasih kita kepada sesama kita.

Friday, July 23, 2010

HILANGNYA ARTI KELUARGA DI DESAKU

My countryside fall to pieces because estae and domicile.to this reader blog friend presumably you can share the knowledge where of which I write and you can give answer.
and your answer represent the part of our responsibility to rebuild the us countryside which not understand again meaning a familiarity.separately writer very expecting of you to partake to participate to give the support of moral and input make to rebuild brotherhood in our countryside beloved

Suatu ketika saya mendapat undangan untuk menghadiri acara pesta  Adat , yang disebut dengan Pasahat batu ni sulang pahoppu","mangadati", sang pengundang adalah sepupu perempuan dari bapa Tua, perjalanan jauh antara jakarta dan Toba sangat jauh dan melelahkan tetapi karena sudah amanat harus hadir dalam pesta itu , mau tidak mau harus dipaksakan  berangkat walaupun di esok harinya harus balik ke jakarta.
Pada saat  acara pesta dimulai saya sangat terkejut dan heran betapa tidak, mungkin sebelumnya kita sudah pasti tau bagaimana sih kultur  letak  suatu kampung didesa tanpa ragu kita sudah mengetahui satu rumah dengan rumah yang lainnya sudah saling berhadapan itu menandakan sifat "masipadompahan" yang artinya mempunyai sifat saling dalam segala aspek yang secara nasional disebut saling BERGOTONG ROYONG, atau bahasa batak bilang "MARSIADAPARI" nah sifat ini sudah sangat kental dalam suku batak asli toba, sesuai dengan ritme kehidupan ternyata sifat tersebut sudah terkikis dan habis , dan kenyataan itu jauh dari pirasat baik yang pernah tersimpan dalam ingatan saya, bangso batak keras tetapi ber-Adat, nah ternyata sifat Adat kekeluargaan itu sudah terkikis habis.
Ini saya tulis untuk pembelajaran buat pembaca yang baek hati , nah siapa tau saat anda membaca bergerak hati untuk saling maaf memaafkan.
Setelah posisi kami sebagai hula-hula sudah di teras halaman atau di harbangan aku sangat terkejut melihat para pamoruon dari pihak paranak yang datang untuk manjakkon hula -hulanya jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan, padahal sepengetahuan saya,silsilah tarombo humaliang ni pamoruon sangat banyak atau mempunyai garis keturunan keluarga besar, tetapi saat di acara pesta tersebut untuk menyambut  kedatangan tulang atau hula-hula hany sekitar 7 sampai 9 orang, apa mau dikata saat acar kita masuk dan acara berikutnya, saya ikuti sudah tidak mencerminkan acara ADAT. Setelah tanya tinggal tanya ternyata yang paling bermasalah semua satu desa tersebut tidak satupun  keluarga disana yang bersatu , antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya tidak akur, tetapi kalau kita ikuti silsilah kekluargaan mereka masih dalam tahap satu darah, sehingga dari segi adat yang saya tahu mungkin masih banyak lagi sisi lain yang hilang: sisi yang hilang antara lain:
1. Dongan sahuta
2.Dongan Tubu
3.Haha mar-Anggi
kesimpulan yang saya ambil mulai dari acara pesta sampai selesai sangat mengecewakan pikiran saya, dan akhirnya saya berniat untuk menuliskan di blog ini apa yang pernah saya lihat dan saya alami.
Berdasarkan data yang saya dapat dari sekian nara sumber hal ini terjadi karena sudah ada perpecahan yang didasari oleh :perebutan harta dan perebutan kedudukan, pecahnya perselisihan antara kakak sama adik dikarenakan harta dan kedudukan  dan perpecahan ini tidak hanya berimbas pada ADAT saja melainkan teror dan kriminalitas"SEGAMA BANGSOKKI BANGSO NATARGOAR TU GANUP PORTIBI HOLAN ALANI HARTA DAN KEDUDUKAN"
Betapa tidak aku sangat merisaukan kehidupan manusia Batak pada Khususnya, yang tadinya aku sangat bangga menjadi batak yang ber-Adat dan ber-Adap, ternyata ingatan yang pernah saya idam-idamkan selama ini sudah hilang dan musnah, yang saya hadapi sudah berbagai Hal: kesombongan, Elat Teal Late dan Hosom sudang bangkit dari liang kubur yang sudah mampu merasuki jika dan pikiran Bangso batak di desaku yang saya Cintai tempat saya di lahirkan dan di besarkan,  Yang saya tahu orang batak itu mempunyai sifat dan sikap Keras dan ulet tepat pendirian dan Kekeuargaan, tetapi sekarang sudah menjelmah menjadi suku yang sangat lemah yang sudah sangat gampang dirasuki oleh pemikiran yang tidak baik atau tidak berbuah Kasih dan sikapnya sudah sangat Arogansi.
Penjelmaan seperti ini sudah sagat susah di perangi bahkan sudah tidak bisa....tetapi melalui blog ini saya sangat mengajak para pembaca  yang mempunyai gerakan jiwa dan hati untuk mengembalikan  Raja batak yang terkenal keseluruh penjuru dunia,
Atau mungkin kita para anak batak yang perantaukah yang bisa mengembalikan kebersatuan desa kita ataukah kita harus melakukan Kaderisasi adat yang untuk generasi dibawah kita yang kurang tepat, untuk posisi ini sudah sangat banyak yang  kita salahkan. Bahkam menurut cerita orang Para anak Ex desa tersebut yang sudah merantau di negeri orang ikutan juga melakukan meddling dissolution

., tetapi ini hanya cerita, untuk pembaca yang budiman saya sangat mengharapkan masukan dari anda yang merasa ada buah pikiran untuk memberikan commant.
Demikian tulisan singkat ini mudah-mudahan anda bisa mengerti arti tulisan dan tujuan tulisan

Thursday, July 22, 2010


MEMBAHAS KEBENARAN

Kebenaran yang diartikan mempunyai kemtlakan dan bukti yang syah dandiyakini kebenarannya teta[I kebnayakan kebenaran dijumpai tanpa disertai penjelasan yang mencukupi tentangnya. Untuk itu penulis berharap dengan pengetahuan yang sedikit ini bisa setidaknya memberi sedikit pula gambaran mengenai kebenaran yang sering diucapkan tersebut. Kebenaran yang dicari-cari dalam dalam setiap kesempatan sebenarnya adalah "Kebenaran Mutlak". Kebenaran mutlak artinya adalah kebenaran yang sudah tidak dapat disalahkan lagi. Kebenaran yang tidak dapat disalahkan adalah kebenaran yang menjumpai pembuktian yang mengatasi pernyataannya. Dengan demikian sebenarnya sepertinya kebenaran mutlak adalah kebenaran yang dengan fakta yang tidak dapat disangkal lagi. Seperti api adalah panas, es adalah dingin, batu adalah keras, air adalah lunak, dsb adalah kebenaran mutlak juga. Benarkah ini yang dicari setiap manusia? Tentunya bukan sekedar itu. Kebenaran mutlak sebenarnya adalah kebenaran mutlak dalam suatu pendapat. Ada yang mengatakan bahwa : "Saya inilah satu-satunya kebenaran". Mengapa demikian, adalah karena dia menginginkan semua pendapatnya itu harus dipatuhi tanpa boleh disangkal lagi. Namun mengapa kita ini mengatakan masih mencari kebenaran? Ini karena dalam hati kita ingin membuktikan benarkah ucapan-ucapan yang demikian patut dibenarkan atau dinobatkan sebagai kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak yang sampai saat ini masih kita cari adalah seperti adanya surga, adanya neraka, adanya reinkarnasi, adanya Dewa, adanya kemungkinan kita menjadi Dewa, dll. Keinginan kita untuk membuktikan hal-hal diatas inilah yang dapat dikatakan sebagai mencari kebenaran. Kegunaannya adalah jika kita telah membuktikannya dan menemukan kebenaran itu maka kita telah mempunyai tujuan hidup. Sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita menjadi punya tujuan dan arah yang pasti. Bagaimana memulainya adalah kita tentukan dulu hal manakah yang akan kita cari kebenarannya. Kemudian jalan pembuktiannya kita lakukan. Dan perlu dicatat pula bahwa kebenaran yang kita temukan sering bersifat subyektif. Apa yang kita nilai benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Demikian pula kebenaran yang akan kita buktikan belum tentu sama dengan kebenaran yang dicari orang lain. Dan kesimpulannya memang kebenaran itu sifatnya subyektif atau individual. Seperti kenikmatan es krim belum tentu disukai oleh orang yang tidak menyukai rasa manis. Dan kemana arah dari pencarian kebenaran itu sebenarnya? Sebenarnya yang dicari justru adalah kepuasan batin dari ditemukannya kebenaran itu. Kepuasan batin itu arahnya adalah ketenangan jiwa. Dan dibalik semuanya maka sebenarnya ketenangan jiwa adalah titik seimbang, yaitu titik keseimbangan dimana semua gerakan di alam semesta ini menuju keseimbangannya, kemudian menuju tiada gerakan. Dan disinilah akhir gerakan sering oleh sebagian orang dikatakan sebagai kesempurnaan. Padahal jika ditinjau lagi kesempurnaan bukanlah hanya sekedar demikian.

Wednesday, July 21, 2010


MENGATUR E M O S IJudul tulisan ini mungkin sudah sangat banyak di dengar dan dilihat di berbagai media dan hal ini sengaja penulis hadirkan kembali mengingat dan melihat gejolak emosi yang semakin meningkat di berbagai aspek masyarkyat. oleh penulis sengaja diulangi terus, karena bila kita mengkaji ulang berita-berita yang ditayangkan di media massa seperti, Koran, TV, internet dan lainya, ternyata masih selalu dipenuhi oleh adanya gejolak emosi tersebut, dalam arti kata mencari hal yang sensasional. Apakah hal itu tidak mendapatkan perhatian penuh oleh kita sendiri dan para pemimpin dan siapa pun? Apakah lalu berita yang tidak sensasional tidak menarik bagi masyarakat? Mendidik masyarakat sudah waktunya dilaksanakan.Di dalam pengembangan diri untuk mencapai suatu tingkatan tertentu menurut angan-angan kita masing-masing, kekuatan yang mendorong diri kita memperoleh tujuanya itu, merupakan hal yang sangat menentukan. Ini di dalam arti kata yang bisa saja dikatakan m e m b a n g u n atau m e r u s a k, bukan begitu kenyataanya?Sesuatu yang diusahakan dengan niat positif serta luhur, ditengah perjuangan bisa saja menjadi beralih dari tujuan tersebut, karena kita tidak mampu benar untuk dengan s e n g a j a dapat mengatur kekuatan atau potensi itu menjadi benar-benar positif didalam pendukungnya. Biasanya bila pengendalian gejolak itu kurang tuntas, sehingga dapat dikatakan “terumbang-ambing” akan selalu mengarah pada penyimpangan tujuan semula. Kebanyakan diantara kita mudah sekali dirangsang oleh gejolak E m o s i yang tanpa diketahui akan membuat kita menjadi emosional sampai meledak-ledak melaui kemarahan yang akan berakhir, bila tak diredakan , kepada tindakan baku hantam.Sering hal ini dapat penulis tangkap di dalam pembicaraan-pembicaraan yang pada mulanya tidak dipengaruhi oleh adanya gejolak emosi tadi. Mengapakah begitu mudah kita ini diatur oleh berkobarnya emosi, yang bila tidak diatur melalui pendidikan tuntas akan selalu membuahkan hal-hal yang terlepas dari suatu p e n g e n d a l i a n . Memang para pembaca, suatu cara bagaimana kita dengan t e l a k dapat mempunyai k e n d a l i terhadap gejolak e m o s i itu, tidak dapat ditanggpi dengan enteng. Hal ini akan jauh lebih menguntungkan daripada kerugian. Emosi akan selalu membawakan kelelahan dan efeknya pada tubuh lebih merusak daripada membangun. Penulis rasakan para pembaca telah banyak mengalami hal ini, tapi kurang d i s a d a r i .Banyak sekali hal-hal yang masih belum tuntas dibelajarkan pada diri kita yang menyangkut hal pengendalian emosi yang dapat mengobarkan gejolak ‘mata gelap’ yang dapat mempengaruhi perasaan yang sifat-sifatnya akan selalu merugikan daripada menguntungkan, bukan? Di dalam hal ini, kita sering kali lepas dari pengawasan pada diri sendiri, sehingga akhirnya tidak menuju kepada sesuatu yang dapat dibanggakan. Penyesalanya akan selalu t e r l a m b a t , bukan???Memang, pada masa ‘panca roba’ dimana kita sedang berada kini untuk menemukan j a t i d i r i bangsa yang dikatakan beradab yang sebenarnya, kita dihadapkan pada begitu banyak masalah atau problem, sehingga tidak mendapatkan kesempatan untuk meneliti d i r i s e n d i r i dengan telak dan tuntas. Perhatian pada diri sendiri inilah yang pada hakekatnya memberikan kita justru kebebasan dari kondisi yang dikenal dengan S T R E S. Dan hal ini jangan ditanggapi dengan ‘enteng’ atau di-‘remeh’-kan. Pembaca sendiri akan merasakan kerugianya dengan tak memperhatikan hal yang penulis kemukakan ini. Terutama yang akan diserang adalah ketenangan tubuh.Di dalam perjalanan hidup kita, yang sering kali dirundung oleh ketidak pastian, kita harus melebihi k e w a s p a d a a n kita terhadap segala bentuk informasi berupa berita, peristiwa dan lain sebagainya. Sebabnya adalah, bahwa informasi seperti itu dapat kita tanggapi sebagai sesuatu yang hanya lewat saja, tanpa adanya e f e k pada pengelolaan Pusat Pikir. Tapi, justru disinilah gejalanya, bahwa tak memperhatikan efeknya suatu informasi pada diri kita, baik itu merupakan kegembiraan, kebanggaan, kesedihan, ketakutan, kecemasan, keraguan dan lain-lain gejolak yang mempengaruhi diri kita, akan tidak memberikan hal efek yang bisa menguntungkan, membangun dan bukan merusak pengelolaan pikiran kita, yang tanpa diketahui akan membentuk suatu penglihatan atau visi yang terbatas..Kewaspaan atau ‘alertness’ dapat menghindarkan diri kita dari pengaruh yang biasanya lebih buruk daripada yang dapat disangka. Biasanya suatu informasi dengan bentuk apapun, akan l e w a t begitu saja tanpa adanya perhatian yang p a t u t dicurahkan pada informasi tersebut. Hal ini termasuk kualitas dari daya ingat dan konsentrasi kita yang terlalu sering dibantai oleh hal-hal yang sebenarnya tidak perlu diperhatikan. Kebanyakan diantara kita selalu merasa L e m a h terhadap gejala tersebut.Tapi bagaimana pun dan apapun yang ditangkap melalui indra-indra kita yang fisik, biasanya dipenuhi dengan berbagai macam bentuk perasaan. Dan hal ini dapat saja menimbulkan perasaan-perasaan yang pada mulanya tak dapat dikenali dengan jelas, kurang terang dan tidak mempunyai kecerahan yang diperlukan di dalam meng-identifikasi sifat serta bentuk informasinya.Pernahkan para pembaca mempunyai perasaan seperti ini? Menurut penulis hal inilah yang sering kali dialami, bila pengelolaan pikiran tidak mempunyai pengendalian tuntas dalam mengelolanya. Kita sayangnya tidak memperhatikan dengan benar, bahwa lingkungan kita itu pada hakekatnya merupakan suatu pengaruh t u n t u n a n yang dapat mendalam sekali, bila kewaspadaan kita masih di dalam tingkatan biasa-biasa saja atau dangkal.Disinilah dapat dibangunkan suatu cara melaksanakan v e r i f i k a s i dari informasi apapun yang kita hadapi pada saat sedang didalam kondisi b a n g u n s a d a r. Seperti selalu penulis uraikan, kondisi bangun sadar yang tak di-d o m i n a s i oleh kemampuan bawah sadar, akan menghilangkan yang sangat kita perlukan, yaitu pengendalian dari k e p e k a a n i n t u i t i f, bukan begitu hendaknya???

Pandangan lain tentang EMOSI
Emosi” menurut Oxford English Dictionary, adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Ada dua macam emosi yang kita kenal, yaitu: “emosi negatif” dan “emosi positif”. Untuk bisa menjalani kehidupan dengan kegembiraan, kebahagiaan yang dinamis di sepanjang hidup Anda, maka Anda harus bisa mengatur dan mengendalikan “emosi Anda”.


Mengendalikan emosi tidak berarti Anda berhenti merasa, atau berhenti mengekspresikan diri Anda. Ini berarti, Anda harus bisa mengenali, dan bisa memahami; mana yang berupa “emosi positif” dan mana yang “emosi negatif”. “Emosi negatif” itu mempunyai ciri khas, yaitu membuat perasaan frustasi, putus asa, dendam, iri hati, dengki, dan hal negatif lainnya. Sedangkan ciri “Emosi positif” adalah selalu membuat perasaan Anda gembira, damai, sejahtera, rasa persahabatan, dan hal positif lainnya.


Memang kalau dipikirkan adalah sangat mengherankan, jika dalam setiap perilaku kita, peran emosi dalam pengendalian diri kita ternyata sangat besar. Anda mau semangat atau mau frustasi, itu juga merupakan hasil kerja emosi. Keputusan-keputusan dalam hidup kita, sebagian besar juga diambil berdasarkan emosi. Banyak sudah bukti, bahwa manusia dalam mengambil keputusan lebih sering didasarkan pada emosi. Penyair Inggris, Alexander Pope, yang pernah hidup 300 tahun lalu, mengatakan, “Nafsu yang memerintah, jadilah seperti keinginannya. Nafsu yang memerintah mengalahkan nalar pikiran”.


Mengingat bahwa emosi mempunyai dua sisi, “positif dan negatif”; maka semestinya Anda bisa belajar mengatur dan mengendalikan emosi, dan bukan emosi yang justru mengatur dan mengendalikan Anda. Anda harus selalu berusaha memahami kedua sisi emosi Anda itu, semata-mata biar Anda bisa mengendalikannya dengan baik.
Banyaknya kasus-kasus kekerasan di negara kita ini, juga diakibatkan oleh mereka yang gagal dalam mengatur emosinya, sehingga mereka malah dikuasai dan diatur oleh “emosi negatif” yang sangat kuat. Bergolaknya pertempuran dan peperangan di belahan bumi lainnya, juga pasti diakibatkan oleh pemimpinnya yang tidak bisa mengendalikan emosi negatifnya. Sepanjang sejarah dunia, sudah banyak dicatat bahwa peran pengendalian emosi ini memang sangat mutlak sifatnya.

Jadi, adalah sangat penting dan mutlak sifatnya, bahwa kita, Anda dan saya memang harus bisa mengendalikan emosi diri, terlebih lagi emosi diri yang negatif. Intinya adalah, konsekuensi bertindak itu lebih berdasarkan emosi daripada nalar logika; sehingga bisa mengakibatkan dua macam hasil, yaitu: bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik…atau bahkan mengakhiri kehidupan selamanya, jika konsekuensi emosi tak terkendali. Salah satu kunci “kecakapan sosial” adalah seberapa baik atau buruk seseorang mengungkapkan perasaannya sendiri.
Banyak contoh di negara kita ini, bagaimana bisa terjadi begitu banyak kasus kekerasan, pembunuhan, perampokan, kasus hamil di luar nikah, kecanduan obat-obatan berbahaya, naik motor “ugal-ugalan” di jalan raya, kasus “bonek” sepak bola, bahkan kasus korupsi uang rakyat, dan masih sederet panjang lagi kasus negatif yang merusak citra bangsa ini; yang dulunya lebih dikenal sebagai bangsa cinta damai dan ramah tamah. Dan, sekarang ini dikhawatirkan akan menjadi bangsa yang diperbudak oleh nafsu angkara, yang dikendalikan oleh “emosi negatif”. Ingatlah kalimat bijak ini, “Harapan utama suatu bangsa, terletak pada baiknya pendidikan kaum mudanya”.


Jika Anda menginginkan tetap memiliki pribadi positif dan dinamis, dengan semangat juang dan daya juang yang tidak pernah luntur; maka Anda harus sungguh-sungguh memahami dan menghargai “kekuatan emosi positif”, untuk kemudian belajar mengendalikannya. Emosi positif justru akan semakin mendorong Anda ke arah sasaran-sasaran Anda, dan membantu memenanginya. Kontrol emosi diri sangat penting bagi kesuksesan Anda. Tanpa itu, Anda bisa bertindak dengan “membabi buta”, dan tidak terarah secara benar.

Salah seorang dosen saya di seminari mengatakan bahwa dosa, "hamartia", bukan saja telah merusak relasi manusia dan Tuhan, dosa juga merusak tatanan hidup manusia secara psikologis. Hamartia yang bermakna "tidak mencapai sasaran yang tepat", dapat juga diartikan "kelebihan atau kekurangan" -- tidak tepat sasaran. Inilah salah satu persinggungan antara psikologi dan teologi. Nah, dalam kerangka pikir inilah saya berniat membahas masalah pengaturan emosi dalam relasi pernikahan.
Saya kira masalah utama dalam pengaturan emosi ialah masalah kelebihan dan kekurangan. Maksud saya, kalau bukan mengumbar emosi, kita menyumbat emosi alias tidak cukup mengekspresikannya. Sering kali hal-hal seperti inilah yang muncul dalam pernikahan, dan sudah tentu kondisi ini tidak sehat untuk pernikahan.
Jenis Relasi dari Sudut Emosi


Berangkat dari bingkai "kelebihan dan kekurangan", kita bisa membagi masalah pengaturan emosi dalam tiga jenis, dan ketiga jenis ini merefleksikan tipe relasi dan kepribadian suami-istri.
Tipe pertama adalah tipe ketel mendidih; saya menjulukinya ketel mendidih sebab baik suami maupun istri tergolong vokal dan ekspresif dalam mengungkapkan emosinya. Tipe ini mudah bergejolak dan tidak tahan dengan hati yang panas. Bak kecipratan air panas, orang dengan tipe ini langsung mengibaskan air panas itu tanpa memedulikan siapa yang berada di dekatnya dan apa dampak perbuatannya terhadap orang lain. Yang penting adalah ia berhasil meredakan suhu panas yang menempel di kulit hatinya.


Tipe ketel mendidih adalah tipe yang mudah meledak namun gampang melupakan pula. Dengan kata lain, suami-istri yang masuk dalam kategori ini sering bertengkar tetapi pertengkaran mereka biasanya tidak berlangsung berminggu-minggu. Masalahnya adalah, meski tidak berminggu-minggu, setiap minggu mereka akan bersitegang dan kalau tidak berhati-hati, akan mudah sekali terjadi pemukulan dan penganiayaan.
Sekali lagi saya tekankan, orang tipe ketel panas ini tidak bisa hidup dengan hati yang panas. Hati panas harus didinginkan dengan seketika dan caranya adalah dengan mengeluarkan uap panas itu dengan segera. Jadi, letak problemnya bukan pada ketidakadaan sistem kontrol; problemnya terletak pada sistem kontrol itu sendiri. Sistem itu mengendalikan suhu panas dengan cara memuntahkan uap panas ke luar dan ia tidak tahu cara lainnya.
Tipe kedua adalah tipe kapuk; saya memanggilnya kapuk karena kapuk bukanlah pengantar panas yang baik. Itulah sebabnya kapuk digunakan untuk membungkus pegangan kuali panas atau benda panas lainnya; dengan adanya lapisan kapuk, tangan kita terlindung dari suhu panas. Problem utama dengan suami-istri berkategori kapuk ini adalah mereka kurang mengeluarkan emosi, begitu kurangnya sehingga dapat dikatakan mereka jarang membagi perasaan dengan pasangan. Segala sesuatu yang dianggap dapat mengganggu stabilitas relasi akan diredam dan kalau bisa, disangkali keberadaannya.
Pasangan dengan tipe ini jarang bertengkar namun mereka juga tidak terlalu intim. Keintiman menuntut keterbukaan dan bagi orang dengan tipe ini, keterbukaan bukanlah sesuatu yang terjadi dengan alamiah. Suami-istri tipe kapuk memilah hidup mereka dengan saksama dan hanya menyatukan bagian hidup mereka yang relatif ringan -- tidak mengundang risiko terjadinya konflik. Mereka bergantung pada daya lupa dan rasionalisasi untuk menurunkan suhu panas di antara mereka. Bak sabuk kapuk yang menutupi gagang ketel panas, mereka menggunakan daya lupa dan rasionalisasi untuk menyerap suhu panas itu dan memang, setelah beberapa saat, suhu panas itu akan turun.
Masalah timbul bila daya lupa kita berkurang dan problem malah bertambah. Dalam kondisi seperti itu, akhirnya kita terpaksa mengingat peristiwa yang terjadi sebab besaran masalah yang (ingin) dilupakan tidak sebanding dengan besaran problem yang muncul. Masalah juga dapat muncul tatkala daya rasionalisasi berkurang, artinya kita gagal menghibur diri dengan cara menambah pengertian kita akan kondisi pasangan. Pada akhirnya kita berkata, kita tidak lagi dapat atau mau memahami kondisi pasangan. Di saat itulah sabuk kapuk tidak lagi berfungsi optimal menyerap panas dan akhirnya suhu panas terasakan. Dapat kita duga, jika ini yang terjadi, berarti panas itu sudah sangat panas dan kesanggupan untuk berasionalisasi dan melupakan telah meleleh. Dengan kata lain, pada titik itu, kapasitas untuk menyelesaikan problem dengan rasional sudah menguap. Masalah menjadi sulit dipecahkan.
Tipe ketiga adalah tipe kombinasi antara ketel panas dan kapuk. Jadi di sini, yang satu berjenis ketel panas dan yang satunya berjenis kapuk; keduanya bersatu dalam pernikahan. Sebagaimana tipe lainnya, tipe ini pun memiliki kekuatan dan kelemahannya. Kekuatannya adalah mereka bisa saling mengimbangi. Jika yang satu sedang meluapkan suhu panasnya, yang lain dapat menyerap suhu panas itu tanpa perlawanan berarti. Atau, bila yang satu mengunci diri dan menolak untuk menyuarakan ketidaksukaannya, yang lain akan merasa terganggu dengan sikap diam itu dan memaksanya untuk berkata-kata. Dengan cara seperti inilah problem di antara mereka lebih cepat terselesaikan.
Kelemahannya ialah, jika tidak berhati-hati, yang berjenis kapuk akan mudah merasa tertekan oleh uap panas yang dilontarkan dengan begitu mudahnya. Sebaliknya, yang berjenis ketel panas malah "menikmati" kebebasannya memuntahkan uap panas sebab pasangannya tidak bereaksi dan hanya menerima. Mungkin kita dapat menebak akhir dari relasi seperti ini: mereka akan makin renggang sebab yang menyerap tidak lagi bersedia dekat atau intim dengan pasangannya. Ia terlalu banyak menyimpan luka! Sebaliknya, yang bertipe ketel panas akan makin frustrasi karena merasa diabaikan dan kondisi frustrasi ini membuatnya makin agresif meluapkan kemarahannya. Demikianlah siklus ini berawal dan terus berputar tanpa henti.
Penyelesaian
Apa pun tipe kita, yang penting adalah kita mampu mengatur suhu emosi -- meningkatkannya bila terlalu dingin dan menurunkannya jika terlalu panas. Sebagaimana telah kita lihat, emosi merupakan elemen yang menciptakan keintiman. Pengungkapan emosi membukakan lapisan- lapisan pada diri kita dan mengundang pasangan untuk mengenal diri kita secara lebih mendalam. Namun, pengungkapan emosi yang berlebihan bisa menenggelamkan relasi nikah dan menghancurkan hati pasangan. Bukannya mendekat, ia malah menjauh karena takut tersiram air panas dari mulut kita, atau sebaliknya, ia menjauh sebab tidak ada lagi respons dari kita sama sekali.
Saya kira kita semua rindu untuk menjadi orang yang dapat mengatur suhu emosi dengan tepat. Kita mendambakan relasi yang intim tanpa harus melelehkan hati orang yang kita kasihi dan kita menginginkan relasi yang damai tanpa harus membekukan hatinya. Kita ingin menjadi orang yang "tepat emosi" dan "tepat kata" . Perjuangan kita adalah perjuangan mengeluarkan buah apel emas dari mulut kita, bukan buah apel kecut, atau malah busuk. Pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita melakukannya dan hal inilah yang akan kita telaah sekarang.
Memahami perbedaan
Pertama, kita mesti menyadari bahwa masalah pengaturan suhu emosi merupakan masalah yang multidimensional. Penyederhanaan masalah tidak akan memberi solusi, malah menimbulkan kesan penghakiman yang semena-mena. Sekurang-kurangnya ada tiga dimensi yang perlu kita perhatikan. Pertama adalah faktor kepribadian. Ada sebagian kita yang bertemperamen flegmatis. Dan faktor kepribadian ini secara langsung berpengaruh terhadap betapa mudah dan berkobarnya pengekspresian emosi. Biasanya para insan flegmatis tidak begitu cepat mengeluarkan emosi dan secara keseluruhan memang level emosinya cenderung datar, berbeda dengan insan kolerik, sanguin, dan melankolik yang cenderung lebih terbuka dan seketika.
Kedua, faktor pengalaman masa kecil. Sebagian dari kita terbiasa mengutarakan emosi karena memang diizinkan oleh orang tua atau sebaliknya, tidak diizinkan namun situasi rumah yang penuh konflik membuat kita tergenangi oleh kemarahan. Akibatnya, kendati tidak diizinkan secara verbal, pertengkaran demi pertengkaran orang tua yang kita saksikan menanamkan benih emosi marah dan menciptakan pola pengendalian emosi yang eksplosif. Kita tidak tahu cara lain untuk mengomunikasikan emosi selain dengan berteriak atau membanting barang. Dengan tersedianya cadangan emosi negatif di hati kita, ledakan kemarahan lebih mudah tersulut. Di sini kita dapat melihat bahwa pengalaman masa lampau berpengaruh besar terhadap pengaturan suhu emosi.
Ketiga, faktor lingkungan hidup. Pernah saya berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang bertumbuh besar di lingkungan keras dan kumuh di sebuah kota besar. Ia bercerita bahwa kekerasan sudah menjadi bagian hidupnya sejak kecil dan pada akhirnya ia pun terbiasa dengan pola hidup seperti itu. Sebaliknya, ada sebagian kita yang dibesarkan di lingkungan yang santun dan cenderung represif terhadap penyataan emosi. Tidak bisa tidak, lingkungan tenang akan lebih mendorong kita untuk menahan emosi, bukan mencetuskannya.
Saya berharap ketiga dimensi ini memberi kita sedikit pemahaman terhadap kekompleksan masalah pengaturan suhu emosi. Jadi, kita tidak dapat dan tidak seharusnya dengan cepat melabelkan seseorang "kurang rohani" tatkala ia memunyai masalah dengan pengaturan emosi. Bagi sebagian kita, pengaturan emosi tidak pernah menjadi masalah; sebaliknya, bagi sebagian lainnya, pengaturan emosi selalu menjadi masalah -- baik itu karena kelebihan maupun karena kekurangan.
Fokus pada masalah
Masalah pengendalian emosi adalah masalah emosi, bukan masalah kurang mencintai atau kurang peduli dengan keluarga. Acap kali kita mengaitkan masalah emosi dengan hal lain dan ini dapat memerburuk relasi nikah. Mungkin sulit untuk kita percaya bahwa orang yang bisa membanting-banting barang tatkala marah sesungguhnya tetap mengasihi kita dan bahwa cintanya kepada kita tidak berkurang setelah ia marah. Contoh ekstrim ini (yang sudah tentu tidak saya anjurkan) menegaskan bahwa memang masalah pengendalian emosi adalah masalah emosi, bukan masalah cinta atau kurang memedulikan keluarga.
Jadi, bila kita bermasalah dengan pengendalian emosi, sering-seringlah meyakinkan pasangan kita bahwa kita tetap mengasihinya. Akuilah bahwa masalah kita yang utama adalah masalah pengendalian emosi dan jangan salahkan orang lain atau situasi luar. Salah satu godaan terbesar bagi kita yang memunyai masalah dengan emosi adalah menyalahkan, baik itu pasangan atau anak atau faktor luar lainnya, seakan-akan kita hanyalah si pemberi reaksi sedangkan merekalah yang bertanggung jawab sebagai pemicu emosi kita. Atau sebaliknya, jika kita cenderung diam dan menutup diri, kita menyalahkan pasangan kita sebagai pihak yang bertanggung jawab membuat kita kurang mengekspresikan emosi.
Dengan kata lain, fokuskan pada masalah juga berarti memfokuskan pada tanggung jawab pribadi. Inilah langkah awal untuk mengatur emosi. Dengan kita mengalihkan tanggung jawab ke pundak pribadi, secara tidak langsung kita mengalihkan fokus masalah, dari "Kamu membuat saya marah!" menjadi "Saya harus menguasai kemarahan saya!" Jika kita tetap bertahan pada pandangan bahwa orang lainlah yang membuat kita marah, kita menjadikan diri tidak berdaya dan berperan sebagai korban semata. Dan, dengan menjadikan diri tidak berdaya dan hanya berperan sebagai korban, kita benar-benar menjadi tidak berdaya mengendalikan diri sendiri, seakan-akan kita berada pada kemurahan orang belaka. Jika orang membuat kita marah, kita marah; sebaliknya, bila orang tidak membuat kita marah, kitapun tidak akan marah. Perspektif seperti ini melepaskan kita dari tanggung jawab dan membuat kita tidak terlalu merasa bersalah tatkala kita menghancurkan hidup orang lain.
Bergiliran
Masalah pengendalian emosi sebenarnya adalah masalah kekurangteraturan -- munculnya emosi secara tidak teratur. Jadi, salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan memasukkan keteraturan ke dalam pola komunikasi kita. Sejak TK, kita belajar untuk hidup teratur; masuk kelas dengan berbaris, berbicara bergantian, bertanya bergiliran, dan seterusnya. Tanpa terasa, iklim keteraturan mulai tercipta dan inilah rahasia mengapa suasana kelas bisa berjalan dengan begitu adem -- tanpa banyak adegan dan gejolak.
Biasanya pertengkaran memburuk tatkala kita mulai berebut berbicara -- laju percakapan bertambah cepat karena kita menganggap pasangan tidak mendengarkan kita lagi atau kita merasa kian terdesak. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk menerapkan aturan "bicara bergantian" di mana seseorang memunyai hak untuk berbicara dan kewajiban untuk mendengarkan. Di dalam kerangka keteraturan ini, luapan emosi lebih terkendali sebab kita tidak merasa diburu-buru untuk menyampaikan isi hati kita. Keteraturan juga berfaedah bagi sebagian kita yang mengalami kesulitan mengekspresikan emosi. Kita "dipaksa" untuk menguraikan pendapat dan perasaan hati karena giliran kita telah tiba. Singkatnya, keteraturan membantu kita untuk mengatur emosi dan menyalurkannya dengan lebih bijak. Ternyata, pelajaran TK ini sangat berfaedah sampai usia dewasa.
KesimpulanDalam praktik ini, saya telah menjumpai pelbagai masalah rumah tangga. Ada yang terganggu oleh kehadiran pria atau wanita lain, ada yang terganggu oleh anak yang bermasalah, dan ada yang terganggu oleh tragedi yang menimpa mereka. Namun, penyebab kehancuran rumah tangga yang paling umum ternyata bukanlah salah satu dari ketiga contoh yang saya sebut di atas. Emosi kitalah yang menghancurkan relasi kehidupan jauh sebelum problem lain itu mengemuka, baik itu ekspresi emosi yang berlebihan atau yang berkekurangan. Kesimpulan akhirnya adalah, jika kita ingin menyelamatkan jiwa ketentraman berfikir dan berbuat kita jauh sebelum masalah berat lainnya datang, mulailah dengan mengatur suhu emosi kita -- sekarang?
HORAS JALA GABE BY :JEKSON

Tuesday, July 20, 2010


you have able?
you have felt to bluff?
you have licked lips?
know the spirit from reading this article.
for you which wish to know your contemplative faculties please read this article.
Sebelum saya menuliskan dan memadukan isi ini,
solution yang saya ambil kesimpulan adalah daya berfikir seorang yang merasa mampu,yang merasa paham dan merasa bangga dengan posisi kedudukan dan jabatannya. Manusia Indonesia yang merasa mendapat gelar dengan badan lapisan jubah jazz yang dibelitkan dengan dasi dileher sudah sagat merasa super dan power yang seakan-akan mampu untuk menakut-nakuti siapa saja yang dia anggap dibawah statusnya. Bahkan harga diri dan pemaparan kata-kata seakan menjabat seperti seorang menteri penerangan. Yang selalu mempunyai motto” explaining ownself ability without conscience.” Yang dapat saya simpulkan simanusia tersebut terlalu menyombongkan ketidakmampuannya. Kenapa saya mengatakan orang tersebut merupakan tidak mempunyai kemampuan. Sudah sangat jelas jika orang memetik bunga dengan tidak merasa menam , sama halnya dia adalah seorang tenaga yang mengais rejeki tanpa pernah menciptakan rejeki.
Dijaman sekarang ini orang yang hanya membutuhkan gaji dengan hanya bekerja disemua instansi sama halnya dengan mengais sisah rejeki orang, tetapi orang yang mengganti format yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan ditengah kehidupan yang kian menantang merupakan jiwa seorang patriot yang mempunyai KEMAMPUAN DAN DAYA PIKIR. Dan man Power seperti inilah yang diinginkan oleh Negara.
Muncullah seorang yang ingin memerangi ke tidakmampuan tersebut, jika anda merasa seperti itu coba membaca tulisan ini mudah mudahan bermanfaat bagi anda.
Apa itu fallacy? Fallacy berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang berarti ‘sesat pikir’. Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa diterjemahkan dalam bahasa sederhana dengan ‘ngawur’.
Ada dua pelaku fallacy, yaitu Sofisme dan Paralogisme
Sofisme adalah sesat pikir yang sengaja dilakukan untuk menyesatkan orang lain, padahal si pemuka pendapat sendiri tidak sesat.
Disebut demikian karena yang pertama-tama mempraktekkannya adalah kaum sofis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato pada zaman Yunani kuno. Mereka selalu berusaha mempengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung.Umumnya yang sengaja ber-fallacy adalah orang menyimpan tendensi pribadi dan lainnya. Sedangkan yang berpikir ngawur tanpa menyadarinya adalah orang yang tidak menyadari kekurangan dirinya atau kurang bertanggungjawab terhadap setiap pendapat yang dikemukakannya.
Paralogisme adalah pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya.
Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan sejumlah aksi amoral, seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu.
Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur fallacy, sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok dalam sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya. Seseorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bias mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar. Karena itu, al-Qur’an sering kali mencela bahwa ‘sebagian besar manusia tidak berakal’, tidak berpikir’, dan sejenisnya.
Beberapa macam-macam fallacy:
1. Fallacy of dramatic instance yaitu kecenderungan untuk melakukan analisa masalah sosial dengan penggunaan satu dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum (over generalisation).
Contoh: Mahasiswa beriman tadi yang mengatakan bahwa HMI itu organisasi yang sesat, kiri, liberal karena melihat beberapa kadernya yang menurut pandangannya sebagai orang sesat, kiri, dan liberal.
2. Argumentum ad hominem adalah argumentasi yang diajukan tidak tertuju pada persoalan yang sesungguhnya, tetapi terarah kepada pribadi yang menjadi lawan bicara atau dalam bahasa kerennya dikenal dengan istilah Personal Attack.
Contoh: Saya tidak ingin berdiskusi dengan Anda, karena Anda seorang anak kecil yang gak tahu apa-apa.
3. Argumentum ad verecundiam adalah kesalahan berpikir akibat argumen dengan menggunakan argumen yang bersifat otoritas meskipun otoritas itu tidak relevan
Contoh: A sedang berdiskusi dengan B. Lalu A berkata kepada B, pendapat Anda bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Ini bentuk kesalahan berpikirnya. Bahwa, sebenarnya B tidak bertentangan dengan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah sepanjang yang A pahami.
4. Argumentum Auctoritatis adalah sesat pikir dimana nilai penalaran ditentukan oleh keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakannya. Jadi suatu gagasan diterima sebagai gagasan yang benar hanya karena gagasan tersebut dikemukakan oleh seorang yang sudah terkenal karena keahliannya
Contoh: Saya meyakini bahwa pendapat dosen itu benar karena ia seorang guru besar.
5. Kesesatan non causa pro causa (post hoc ergo propter hoc) adalah kesesatan yang dilakukan karena penarikan penyimpulan sebab-akibat dari apa yang terjadi sebelumnya adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berdasarkan dua peristiwa yang terjadi secara berurutan. Orang lalu cenderung berkesimpulan bahwa peristiwa pertama merupakan penyeab bagi peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah akiat dari peristiwa pertama – padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Contoh: Anda membuat surat untuk seseorang yang anda cintai dengan menggunakan pulpen A, dan ternyata cinta Anda diterima. Kemudian pulpen A itu anda gunakan untuk ujian, dan Anda lulus. Tak lama kemudian ortu Anda mengirimkan uang pada Anda, Anda kemudian sangat mencintai pulpen itu. “ini bukan sembarang pulpen!” kata anda. “Pulpen ini mengandung keberuntungan”
6. Argumentum ad baculum adalah argumen yang diajukan berupa ancaman dan desakan lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu, dengan alasan bahwa jika menolak akan berdampak negatif terhadap dirinya
Contoh: Jika Anda tidak mengakui kebenaran apa yang saya katakan, Anda akan terkena adzab Tuhan.
7. Argumentum ad misericordiam adalah sesat pikir yang sengaja diarahkan untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan/ keinginan.
Contoh: Saya mencuri karena saya miskin dan tidak bisa membeli sandang dan pangan.
8. argumentum ad ignorantiam adalah Apabila kita memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui apa pun juga mengenai sesuatu itu atau karena belum menemukannya, maka itulah sesat pikir.
Contoh: “Menerbangkan manusia di bulan itu sulit. Maka manusia tidak bisa diterbangkan ke bulan.”
9. Argumentum ad auctoritatis adalah argumentasi yang diajukan berdasarkan kewibawaan atau pengaruh besar seseorang, bukan berdasarkan penalaran. Perhatikan contoh berikut ini: “Saya yakin apa yang dikatakannya, karena ia pemimpin partai besar”.
Sumber:

Sedikit Membahas Mengenai Kebenaran Kata-kata kebenaran seringkali dijumpai tanpa disertai penjelasan yang mencukupi tentangnya. Untuk itu penulis berharap dengan pengetahuan yang sedikit ini bisa setidaknya memberi sedikit pula gambaran mengenai kebenaran yang sering diucapkan tersebut. Kebenaran yang dicari-cari dalam dalam setiap kesempatan sebenarnya adalah "Kebenaran Mutlak". Kebenaran mutlak artinya adalah kebenaran yang sudah tidak dapat disalahkan lagi. Kebenaran yang tidak dapat disalahkan adalah kebenaran yang menjumpai pembuktian yang mengatasi pernyataannya. Dengan demikian sebenarnya sepertinya kebenaran mutlak adalah kebenaran yang dengan fakta yang tidak dapat disangkal lagi. Seperti api adalah panas, es adalah dingin, batu adalah keras, air adalah lunak, dsb adalah kebenaran mutlak juga. Benarkah ini yang dicari setiap manusia? Tentunya bukan sekedar itu. Kebenaran mutlak sebenarnya adalah kebenaran mutlak dalam suatu pendapat. Ada yang mengatakan bahwa : "Saya inilah satu-satunya kebenaran". Mengapa demikian, adalah karena dia menginginkan semua pendapatnya itu harus dipatuhi tanpa boleh disangkal lagi. Namun mengapa kita ini mengatakan masih mencari kebenaran? Ini karena dalam hati kita ingin membuktikan benarkah ucapan-ucapan yang demikian patut dibenarkan atau dinobatkan sebagai kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak yang sampai saat ini masih kita cari adalah seperti adanya surga, adanya neraka, adanya reinkarnasi, adanya Dewa, adanya kemungkinan kita menjadi Dewa, dll. Keinginan kita untuk membuktikan hal-hal diatas inilah yang dapat dikatakan sebagai mencari kebenaran. Kegunaannya adalah jika kita telah membuktikannya dan menemukan kebenaran itu maka kita telah mempunyai tujuan hidup. Sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita menjadi punya tujuan dan arah yang pasti. Bagaimana memulainya adalah kita tentukan dulu hal manakah yang akan kita cari kebenarannya. Kemudian jalan pembuktiannya kita lakukan. Dan perlu dicatat pula bahwa kebenaran yang kita temukan sering bersifat subyektif. Apa yang kita nilai benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Demikian pula kebenaran yang akan kita buktikan belum tentu sama dengan kebenaran yang dicari orang lain. Dan kesimpulannya memang kebenaran itu sifatnya subyektif atau individual. Seperti kenikmatan es krim belum tentu disukai oleh orang yang tidak menyukai rasa manis. Dan kemana arah dari pencarian kebenaran itu sebenarnya? Sebenarnya yang dicari justru adalah kepuasan batin dari ditemukannya kebenaran itu. Kepuasan batin itu arahnya adalah ketenangan jiwa. Dan dibalik semuanya maka sebenarnya ketenangan jiwa adalah titik seimbang, yaitu titik keseimbangan dimana semua gerakan di alam semesta ini menuju keseimbangannya, kemudian menuju tiada gerakan. Dan disinilah akhir gerakan sering oleh sebagian orang dikatakan sebagai kesempurnaan. Padahal jika ditinjau lagi kesempurnaan bukanlah hanya sekedar demikian.