MEMBAHAS KEBENARAN
Kebenaran yang diartikan mempunyai kemtlakan dan bukti yang syah dandiyakini kebenarannya teta[I kebnayakan kebenaran dijumpai tanpa disertai penjelasan yang mencukupi tentangnya. Untuk itu penulis berharap dengan pengetahuan yang sedikit ini bisa setidaknya memberi sedikit pula gambaran mengenai kebenaran yang sering diucapkan tersebut. Kebenaran yang dicari-cari dalam dalam setiap kesempatan sebenarnya adalah "Kebenaran Mutlak". Kebenaran mutlak artinya adalah kebenaran yang sudah tidak dapat disalahkan lagi. Kebenaran yang tidak dapat disalahkan adalah kebenaran yang menjumpai pembuktian yang mengatasi pernyataannya. Dengan demikian sebenarnya sepertinya kebenaran mutlak adalah kebenaran yang dengan fakta yang tidak dapat disangkal lagi. Seperti api adalah panas, es adalah dingin, batu adalah keras, air adalah lunak, dsb adalah kebenaran mutlak juga. Benarkah ini yang dicari setiap manusia? Tentunya bukan sekedar itu. Kebenaran mutlak sebenarnya adalah kebenaran mutlak dalam suatu pendapat. Ada yang mengatakan bahwa : "Saya inilah satu-satunya kebenaran". Mengapa demikian, adalah karena dia menginginkan semua pendapatnya itu harus dipatuhi tanpa boleh disangkal lagi. Namun mengapa kita ini mengatakan masih mencari kebenaran? Ini karena dalam hati kita ingin membuktikan benarkah ucapan-ucapan yang demikian patut dibenarkan atau dinobatkan sebagai kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak yang sampai saat ini masih kita cari adalah seperti adanya surga, adanya neraka, adanya reinkarnasi, adanya Dewa, adanya kemungkinan kita menjadi Dewa, dll. Keinginan kita untuk membuktikan hal-hal diatas inilah yang dapat dikatakan sebagai mencari kebenaran. Kegunaannya adalah jika kita telah membuktikannya dan menemukan kebenaran itu maka kita telah mempunyai tujuan hidup. Sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita menjadi punya tujuan dan arah yang pasti. Bagaimana memulainya adalah kita tentukan dulu hal manakah yang akan kita cari kebenarannya. Kemudian jalan pembuktiannya kita lakukan. Dan perlu dicatat pula bahwa kebenaran yang kita temukan sering bersifat subyektif. Apa yang kita nilai benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Demikian pula kebenaran yang akan kita buktikan belum tentu sama dengan kebenaran yang dicari orang lain. Dan kesimpulannya memang kebenaran itu sifatnya subyektif atau individual. Seperti kenikmatan es krim belum tentu disukai oleh orang yang tidak menyukai rasa manis. Dan kemana arah dari pencarian kebenaran itu sebenarnya? Sebenarnya yang dicari justru adalah kepuasan batin dari ditemukannya kebenaran itu. Kepuasan batin itu arahnya adalah ketenangan jiwa. Dan dibalik semuanya maka sebenarnya ketenangan jiwa adalah titik seimbang, yaitu titik keseimbangan dimana semua gerakan di alam semesta ini menuju keseimbangannya, kemudian menuju tiada gerakan. Dan disinilah akhir gerakan sering oleh sebagian orang dikatakan sebagai kesempurnaan. Padahal jika ditinjau lagi kesempurnaan bukanlah hanya sekedar demikian.
Kebenaran yang diartikan mempunyai kemtlakan dan bukti yang syah dandiyakini kebenarannya teta[I kebnayakan kebenaran dijumpai tanpa disertai penjelasan yang mencukupi tentangnya. Untuk itu penulis berharap dengan pengetahuan yang sedikit ini bisa setidaknya memberi sedikit pula gambaran mengenai kebenaran yang sering diucapkan tersebut. Kebenaran yang dicari-cari dalam dalam setiap kesempatan sebenarnya adalah "Kebenaran Mutlak". Kebenaran mutlak artinya adalah kebenaran yang sudah tidak dapat disalahkan lagi. Kebenaran yang tidak dapat disalahkan adalah kebenaran yang menjumpai pembuktian yang mengatasi pernyataannya. Dengan demikian sebenarnya sepertinya kebenaran mutlak adalah kebenaran yang dengan fakta yang tidak dapat disangkal lagi. Seperti api adalah panas, es adalah dingin, batu adalah keras, air adalah lunak, dsb adalah kebenaran mutlak juga. Benarkah ini yang dicari setiap manusia? Tentunya bukan sekedar itu. Kebenaran mutlak sebenarnya adalah kebenaran mutlak dalam suatu pendapat. Ada yang mengatakan bahwa : "Saya inilah satu-satunya kebenaran". Mengapa demikian, adalah karena dia menginginkan semua pendapatnya itu harus dipatuhi tanpa boleh disangkal lagi. Namun mengapa kita ini mengatakan masih mencari kebenaran? Ini karena dalam hati kita ingin membuktikan benarkah ucapan-ucapan yang demikian patut dibenarkan atau dinobatkan sebagai kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak yang sampai saat ini masih kita cari adalah seperti adanya surga, adanya neraka, adanya reinkarnasi, adanya Dewa, adanya kemungkinan kita menjadi Dewa, dll. Keinginan kita untuk membuktikan hal-hal diatas inilah yang dapat dikatakan sebagai mencari kebenaran. Kegunaannya adalah jika kita telah membuktikannya dan menemukan kebenaran itu maka kita telah mempunyai tujuan hidup. Sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita menjadi punya tujuan dan arah yang pasti. Bagaimana memulainya adalah kita tentukan dulu hal manakah yang akan kita cari kebenarannya. Kemudian jalan pembuktiannya kita lakukan. Dan perlu dicatat pula bahwa kebenaran yang kita temukan sering bersifat subyektif. Apa yang kita nilai benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Demikian pula kebenaran yang akan kita buktikan belum tentu sama dengan kebenaran yang dicari orang lain. Dan kesimpulannya memang kebenaran itu sifatnya subyektif atau individual. Seperti kenikmatan es krim belum tentu disukai oleh orang yang tidak menyukai rasa manis. Dan kemana arah dari pencarian kebenaran itu sebenarnya? Sebenarnya yang dicari justru adalah kepuasan batin dari ditemukannya kebenaran itu. Kepuasan batin itu arahnya adalah ketenangan jiwa. Dan dibalik semuanya maka sebenarnya ketenangan jiwa adalah titik seimbang, yaitu titik keseimbangan dimana semua gerakan di alam semesta ini menuju keseimbangannya, kemudian menuju tiada gerakan. Dan disinilah akhir gerakan sering oleh sebagian orang dikatakan sebagai kesempurnaan. Padahal jika ditinjau lagi kesempurnaan bukanlah hanya sekedar demikian.
No comments:
Post a Comment