Wednesday, June 30, 2010


Manusia sering salah dalam menilai harga dirinya, kadangkala terlampau tinggi, kadangkala terlalu rendah. Sangat jarang seseorang dapat dengan tepat menilai harga dirinya. Sebagai sebuah contoh perenungan mari kita lihat kesalahan orang dalam menilai harga dirinya, yaitu dalam keluarga.
Seorang suami cenderung merasa bahwa dia lebih bernilai dari istrinya, sebab suami merasa dia adalah orang yang mencari uang. Jadi karena suami merasa semua kebutuhan keluarga baru bisa dipenuhi karena uang yang diperolehnya maka dia berpikir dirinya lebih berharga daripada istrinya. Perasaan lebih berharga ini kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang menempatkan istrinya lebih rendah dari suami. Ketika makan harus dilayani istri, jika tidak dilakukan suami marah. Ketika istri minta uang, dengan gaya interogasi menanyakan untuk keperluan apa uang yang diminta tersebut. Bahkan tidak jarang ada suami yang tidak mengijinkan istrinya mengambil putusan apapun dalam keluarga, semua harus suami yang memutuskan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Hal ini dianggap wajar dalam sebuah hubungan suami istri, padahal ini adalah wujud dari penilaian suami yang terlampau tinggi pada dirinya. Suami merasa wajar kalau harga dirinya lebih utama dari istrinya.
Situasi ini dalam kasus tertentu bisa berganti posisi yaitu istri yang merasa dirinya lebih bernilai dibandingkan suaminya. Coba kita pikirkan secara mendalam, benarkah jika orang yang bekerja lalu menghasilkan uang, dia lebih berharga dibandingkan orang yang tidak bekerja? Jika perbandingan ini dilakukan diantara orang bekerja dan pengangguran, maka jawabannya, ya. Namun apabila perbandingan ini dilakukan dalam hubungan suami istri, maka telah terjadi kesalahan yang fatal. Suami dan istri dalam sebuah keluarga tidak ada yang lebih utama, mereka sejajar. Jika hubungan ini tidak sejajar maka keluarga ini tidak beres. Suami yang bekerja dan mendapatkan uang tidak berhak mengklaim dia lebih berharga dibanding si istri. Suami bekerja dan punya uang itu sudah menjadi kewajibannya. Apa yang merupakan kewajiban tidak bisa kita tuntut sebagai sebuah keunggulan.
Sebagai ilustrasi: tukang becak kita bayar lalu dia antar kita ke tujuan, sesampai di tujuan apakah boleh tukang becak tersebut berkata saya berjasa sudah mengantar penumpang. Tukang becak tidak dapat mengatakan dia sudah berjasa, karena dia wajib mengantar penumpang yang sudah membayarnya. Sebuah pelaksanaan kewajiban tidak bisa dikatakan perbuatan yang hebat. Orang tua wajib mengurus anaknya, maka ketika orang tua mengurus anak dengan baik itu bukanlah hal-hal yang harus mendapat penghargaan, hal itu sudah seharusnya dan biasa saja. Jadi boleh saja suami minta dilayani istrinya, namun dalam sudut pandang bahwa suami merasa perlu adanya orang yang menolong dia. Sebaliknya istri mau melayani suami karena mau menjadi penolong suami.
Kegagalan dalam menilai harga diri secara tepat ini menjadi sumber dari kehancuran dalam banyak rumah tangga. Ketika seseorang merasa harga dirinya lebih tinggi dari orang lain maka cenderung orang tersebut akan mendominasi orang lainnya. Setelah kita melihat fakta bahwa di dalam hubungan suami-istri persoalan harga diri seringkali salah tempat, tapi untuk selanjutnya pembahasan tidak akan mengenai persoalan harga diri dalam keluarga. Namun kami ingin mencari akar dari salahnya persepsi manusia akan harga diri dan bagaimana Tuhan memperbaiki kesalahan manusia ini.
Sejarah penyimpangan manusia sehingga gagal untuk bisa menilai harga dirinya dengan tepat adalah saat manusia ingin seperti Apa. Pada saat manusia diciptakan , maka terjadi suatu hubungan yang istimewa antara pencipta dan ciptaan. Namun hubungan istimewa ini tidaklah berarti bahwa terjadi kesetaraan antara pencipta dan ciptaan. Pencipta adalah otonom, Dia tidak tergantung kepada ciptaan. Keberadaannya mandiri, bebas dari intervensi siapapun karena Dia yang berdaulat.
Pencipta tidak bisa diatur karena Dia adalah aturan itu sendiri. Sedangkan ciptaan adalah makhluk yang bergantung kepada pencipta. Ciptaan tidak mandiri namun tunduk pada pencipta dan diatur oleh pencipta. Keberadaan manusia dalam taman eden adalah wujud daripada kesempurnaan yang diberikan pencipta dalam menempatkan ciptaan. Namun kesempurnaan rancangan pencipta di hancurkan oleh ambisi manusia. Ciptaan yang sempurna menjadi gagal dihadapan pencipta yaitu ketika menerima tawaran iblis supaya harga dirinya meningkat menjadi sama dengan pencipta.
Manusia yang dijadikan dari tidak ada menjadi ada ingin supaya menjadi setara dengan penciptah yang maha ada. Ketika pikiran ingin menjadi seperti pencipta ini diwujudkan maka bukan keberhasilan yang diperolehnya namun sebuah kegagalan yang didapatkan. Ketika manusia gagal dan dinyatakan sudah berdosa, maka ukuran harga dirinyapun menjadi kacau. Ambisi manusia untuk menjadi seperti pencipta terus tertanam menjadi sifat egois, mau menang sendiri, merasa dirinya lebih utama dari yang lain dan ini terus diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh karena persoalan harga diri, bangsa dengan bangsa berperang. Karena harga diri Hitler menjadi pembantai 6 juta orang Yahudi. Demi harga diri terjadi pembantaian suku suku dan etnis diberbagai belahan dunia. Oleh karena harga diri banyak orang rela membunuh orang lain demi membela iman kepercayaannya.
Harga diri manusia harus dikembalikan pada posisi yang tepat, untuk hal ini pencipta sangat mengerti. Harga diri manusia oleh pencipta mau dikembalikan pada posisi yang sebenarnya yaitu sebagai ciptaan yang berharga di mata pencipta. Apa tindakan pencipta, untuk mengembalikan posisi manusia? tetapi ini adalah tindakan pencipta yang mau menurunkan harga dirinya sehingga sama dengan manusia

Karakter Seorang Pemimpin HR Department
HR Department atau yang juga sering disebut Departemen Sumber Daya Manusia adalah bagian tak terpisahkan di dalam sebuah perusahaan. Hampir semua perusahaan memiliki HRD atau divisi yang memiliki fungsi yang serupa. HRD adalah salah satu departemen yang memberi support untuk mengelola sumber daya manusia sebuah organisasi.
Di tangan HRD terletak power dan tanggung jawab untuk mengenali sumber daya manusia yang sesuai, lalu menseleksi kelayakan mereka sebelum bergabung dan ditempatkan di posisi yang sesuai dalam perusahaan. Dengan kata lain, mereka memegang tanggung jawab untuk merekrut dan menseleksi.
Seiring dengan dinamika perkembangan dunia kerja dan organisasi, tidak dipungkiri HRD memiliki tanggung jawab yang makin luas dalam mendukung kelangsungan operasional perusahaan. Tidak hanya sekedar bertugas untuk menyeleksi calon karyawan saja, melainkan sampai dengan merumuskan konsep dan strategi untuk meningkatkan kualitas karyawan, mengembangkan dam mengelola administrasi HR dengan membuat peraturan, kebijakan dan prosedur, appraisal serta tugas administratif lainnya. Lalu tugas yang tidak kalah pentingnya adalah yang mengelola prosedural gaji dan benefit serta hubungan antar karyawan.
Semakin kompleksnya tanggung jawab divisi ini disebabkan karena perusahaan semakin memberikan perhatian bagi peningkatan kualitas, moral dan kepuasan bekerja karyawan mereka. Faktor-faktor tersebut diatas sangat mempengaruhi performa kerja karyawan yang mau tidak mau berimbas pada produktifitas perusahaan.
Penting dan kompleksnya tanggung jawab dalam divisi ini memunculkan pertanyaan seperti apa professional yang kompeten dan tepat untuk memimpin divisi ini? Kualitas apa yang sebaiknya dimiliki seorang manager HRD?
Seringkali ada argumentasi mengenai pribadi yang paling tepat untuk memimpin HRD. Beberapa kalangan lebih memilih untuk menempatkan seorang professional yang telah memang tumbuh dengan latar belakang di bidang HR dengan alasan bahwa mereka lebih mengenali bidang ini secara keseluruhan. Namun ada pula kalangan yang memandang bahwa professional yang pernah bekerja di operasional perusahaan adalah orang yang tepat karena aspek operasional yang dimiliknya bisa menjadi jembatan antara HRD dengan departemen lainnya dalam perusahaan. Dengan kata lain akan lebih mudah dan bijaksana untuk menerapkan kebijakan HR bila mengenali kepentingan, kebutuhan dan culture dari departemen lain.
Terlepas dari pribadi yang paling tepat untuk memimpin HRD, ada beberapa karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang manager HRD. Nadler dan Wiggs (1986) mengidentifikasikan beberapa karakter utama tersebut.
Seorang HRD manager harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan aktifitas-aktifitas yang mendukung perkembangan karyawan. Seperti training atau pelatihan yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
HRD manager juga harus mampu menyusun prioritas aktifitas departmentnya untuk 1 – 3 tahun ke depan, dengan membaca situasi dan trend yang berlaku.
Kemampuan untuk mengenali struktur organisasi apa yang paling pantas bagi HRD perusahaan tertentu juga kemampuan yang dirasakan penting.
Kemampuan komunikasi yang efektif juga sangat krusial dalam mengelola staff dan berkomunikasi dengan para pemimpin.
HRD manager juga diharapkan bisa untuk mengenali dan mengembangkan sistem informasi yang tepat bagi departemennya.
Kemampuan untuk mengembangkan deskripsi pekerjaan yang berorientasi pada misi perusahaan. Hal itu sebaiknya juga didukung dengan kemampuan untuk mengembangkan pelatihan, pengembangan dan pendidikan yang bertujuan untuk membuat staff nya berkembang.
Memberikan contoh nyata dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Bila seorang HRD manager mengajarkan pentingnya partisipasi dan kepemimpinan yang terbuka, ia harus mempraktekkan hal tersebut dalam kepemimpinannya sehari-hari.
Seorang HRD manager juga harus kompeten secara teknis, praktikal dan berorientasi pada aplikasi.
HRD manager juga harus memiliki kemampuan untuk membangun kepercayaan diri para stafnya dengan memberikan mereka kesempatan untuk jadi bagian dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar. Hal ini berkaitan erat dengan delegasi tugas dan tanggung jawab.

Mencetak Manusia Berkarakter
Oleh Indira Permanasari
Sudah 150 tahun usia sekolah Santa Ursula di Jalan Pos, Jakarta. Ribuan murid silih berganti memasuki bangunan bergaya kolonial itu. Mulai dari saat anak masih datang ke sekolah menumpang kuda, seperti dalam foto tua yang ditunjukkan Kepala SMA Santa Ursula Moekti K Gondosasmito OSU, MEd, hingga kini menumpang kendaraan roda empat.
Sejumlah fasilitas juga berubah demi menyesuaikan kehendak zaman. Akan tetapi, satu hal yang tidak banyak berubah, yaitu roh pendidikan membangun manusia seutuhnya, baik intelektualitas, karakter, maupun kepekaan sosial.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono yang menempuh pendidikan menengah pertama dan atas di sana pada pertengahan tahun 1960-an pernah merasakan didikan para suster.
”Saya mendapatkan perlakuan yang sama dengan anak lain. Ikut kerja bakti bersama anak- anak lain dan kalau salah ya disetrap. Saya paling ingat kebagian kerja bakti menggosok WC di samping kantor kepala sekolah dan menimba air di sumur,” kenangnya.
Dia juga menikmati cara para guru mengajar di sana. Bagaimana para guru menularkan semangat belajar dan bekerja keras. Saat belajar ilmu falak, misalnya, Meutia ingat mendapat pekerjaan rumah tentang matahari. Selama satu minggu murid wajib berdiri di satu titik dan mengamati matahari terbit.
”Setiap pukul enam pagi teng, saya mengamati pergeseran matahari dan menggambarkan posisinya,” ujarnya. Pentingnya ilmu, disiplin, kerja keras, dan budi pekerti menjadi pengalaman yang terekam di benaknya.
Didirikan suster Ursulin
Sekolah Santa Ursula di Jalan Pos didirikan tahun 1859 oleh para suster Ursulin di Indonesia. Ordo Santa Ursula mulai berkarya di Indonesia pada tahun 1856. Di Indonesia terdapat sekitar 15 yayasan di bawah Ursulin Indonesia yang menaungi sekolah-sekolah dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas di Jawa dan luar Jawa.
Salah satunya adalah sekolah Santa Ursula di Jalan Pos yang menyelenggarakan pendidikan dari TK hingga SMA. Saat ini terdapat sekitar 5.000 anak menempuh pendidikan di sana.
Kedisiplinan dan prinsip egaliter termasuk kenangan yang membekas di benak Renata Arianingtyas, alumnus Santa Ursula angkatan 1990.
”Murid dan guru yang tidak masuk sekolah harus membawa surat izin dan lapor langsung ke suster kepala sekolah. Murid dan guru berbaris mengantre bersama-sama laporan ke suster. Kejujuran menjadi penting,” ujar Renata, alumnus sekaligus Program Manajer untuk Human Right, Citizenship, dan Equality Yayasan Tifa.
Soal disiplin itu masih berlaku sampai sekarang. ”Ada yang bilang sekolah Santa Ursula itu seperti di penjara dengan seragam kotak-kotak hijau. Namun, kita enggak merasa begitu kok. Kita diberikan kebebasan berpikir dan berekspresi,” ujar Dita, salah seorang murid kelas III SMP Santa Ursula.
Urusan kedisiplinan jangan dianggap main-main di sekolah itu. Rok tidak boleh naik di atas lutut dan kaus kaki tidak boleh menutupi betis. Dilarang makan dan minum di dalam kelas. Pengumpulan tugas tepat waktu. Selalu mengenakan seragam di lingkungan sekolah. Tepat waktu datang ke sekolah. Dilarang mencontek atau keluar dari sekolah. Buanglah sampah pada tempatnya, dipisahkan antara sampah organik dan nonorganik. Itu hanya sebagian ”aturan main”.
Kepekaan sosial
Di sekolah itu pula, para lulusannya diasah kepekaan sosialnya. Renata masih mengingat bagaimana suster berani mengambil jam pelajaran dua hingga tiga minggu untuk retret dan live-in atau tinggal bersama warga di komunitas tertentu yang berbeda dari keseharian para murid. Lewat kegiatan tersebut, mereka juga dibiasakan berpikir kritis.
”Biasanya mendekati akhir tahun ajaran di kelas III anak- anak sekolah lain sedang sibuk drilling mempersiapkan ujian akhir, tetapi kami malah pergi ke desa dan merasakan tinggal bersama warga. Anak Sanur (Santa Ursula) banyak yang berasal dari kelas menengah dan atas. Lewat pengalaman tersebut, siswa belajar bahwa ada realitas yang berbeda,” ujarnya.
Asahan kepekaan sosial tersebut juga dirasakan presenter sekaligus Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV Rosiana Silalahi. Pada masanya, Rosiana termasuk tim pengajar anak-anak miskin di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Dia juga masih mengingat setiap tanggal 17 setiap bulannya sekolah mewajibkan mereka menggunakan transportasi umum.
”Tidak boleh naik taksi. Harus transportasi umum seperti bus, bemo, atau bajaj,” ujar Rosiana.
Dalam bukunya, Catatan Seorang Pendidik; Fikir, Suster Francesco Marianti, OSU yang 25 tahun memimpin SMA Santa Ursula, menegaskan bahwa pendidikan meliputi seluruh aspek dalam diri manusia. Aspek intelektualitas, keterampilan, kepribadian, dan kepekaan sosial diberi peluang berkembang semaksimal mungkin. Hal tersebut sesuai dengan misi Serviam, yang berarti ”aku mengabdi” tujuan pendidikan membentuk manusia mandiri, berkepribadian utuh, humanis, serta berorientasi pada nilai-nilai luhur.
Kepala SMA Santa Ursula Moekti K Gondosasmito OSU, MEd, mengatakan, metode pengajaran di sekolah Santa Ursula adalah membantu kaum muda agar bertumbuh dengan utuh baik intelektual, karakter, dan kepekaan sosial. Bahasa barunya barang kali komunitas pembelajar yang interaktif, inovatif, dan kreatif.
Intelektualitas dikembangkan melalui pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, dan pemberian tugas agar potensi peserta didik bisa optimal.
Pada akhirnya yang terkenang dari sebuah institusi pendidikan bukan dahsyatnya nilai rapor atau berbagai piala, tetapi nilai-nilai yang dapat mereka pakai dalam kehidupan serta karya di masyarakat.
Ciri-ciri pemimpin berkarakter ya temen-temen…..

”. Sebagai berikut:

1. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Jujur dengan kekuatan diri dan kelemahan dan usaha untuk memperbaikinya.2. Pemimipin harusnya berempati terhadap bawahannya secara tulus.3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya. 4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing dan belajar dari mereka dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya.5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan dalam jabatannya.6. Memiliki rasa kehormatan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya.7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ", kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas.
KARAKTER SEORANG KARYAWAN
Sekali lagi postingan tentang karyawan, maaf bila mungkin pembaca merasa jenuh dengan bahasan ini namun dunia kerja memang tidak bisa lepas dari peranan si pelaku langsung suatu pekerjaan ini. Seorang pengusaha sukses tidak akan disebut orang sebagai seorang yang sukses tanpa dukungan sumber daya yang bernama karyawan. Kita sepakat bahwa dimanapun tempatnya sebenarnya tidak ada istilah karyawan sukses. Seringkali kita mendengar dan melihat fenomena pengusaha sukses namun sangat langka sepertinya ada istilah yang menyebutkan seorang karyawan sukses. Saya sendiri pun bingung mendefinisikan hal tersebut dengan dasar apa penilaian atas karyawan sukses. Namun demikian ada baiknya bila anda perhatikan dan simak beberapa karakteristik berikut yang mungkin bisa dijadikan tolok ukur sebenarnya untuk upaya introspeksi diri. Berikut liputannya.
Karakteristik pertamaJika anda bekerja maka perusahaan merasa diuntungkan dan bila anda tidak ada perusahaan merasa kehilangan, bahkan bisa merugi.Ciri-ciri karyawan tipe ini:* Selalu punya insiatif tindakan untuk mendukung bidang pekerjaannya bahkan berpikir pengaruhnya terhadap divisi yang lain dalam perusahaan tyersebut.* Selalu berpikir global dan melaksanakan sesuai dengan kewenangannya (Think Globally act locally).* Selalu belajar dan meningkatkan kualitas diri untuk mendukung kinerja.* Memberikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru dan segar bagi kemajuan perusahaan.jika anda tipe karyawan seperti ini, anda akan sukses di bidang pekerjaan anda. jika anda tidak cocok dengan bidang pekerjaan yang digeluti sekarang ini, segera diterima ditempat lain anda tetap akan sukses dibidang pekerjaan yang lain.Karakteristik keduajika anda bekerja maka perusahaan senang dan diuntungkan; namun bila anda tidak ada maka perusahaan biasa saja dan tidak dirugikan sama sekali.Ciri-ciri tipe ini:* Karyawan tipe ini bekerja dengan baik dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu.* Bersedia untuk melakukan pekerjaan yang lain apabila diperintah oleh atasannya.Jika anda pada tipe ini, anda akan aman di perusahaan tempat anda bekerja. Bahkan jika ada kesempatan anda mungkin akan dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi.Karakteristik ketigaJika anda bekerja perusahaan sepertinya biasa saja dan jika anda tidak adapun perusahaan seakan biasa saja tidak untung tidak rugiCiri-ciri:* Tipe ini adalah karyawan text book.* Tipe ini juga tipe Yes Sir!* Karyawan ini adalah karyawan entah karena kemampuannya atau karena mentality-nya tidak mau berubah menjadi lebih baik.Jika anda pada tipe ini anda tidak akan mempunyai prestasi khusus. Anda juga akan sulit sekali mendapat promosi jabatan kecuali diperusahaan anda memang tidak ada orang lain lagi. Sebaiknya anda segera menggali potensi dalam diri anda.Karakteristik keempatJika anda bekerja perusahaan terkesan biasa saja, tidak terlalu diuntungkan dan tidak juga merugikan namun bila anda tidak ada maka perusahaan malah akan senang dan diuntungkanCiri-ciri:* Karyawan ini sering ceroboh melakukan pekerjaannya, meskipun tidak sampai mengakibatkan kerusakan fatal* Karyawan ini juga sering lalai dalam menjalankan tugas-tugas meski tidak seluruhnya ada aja hal-hal yang terabaikan.* Karyawan ini juga sering ijin tidak masuk karena berbagai keperluan yang tidak ada hubungan dengan pekerjaannya.* Karyawan ini juga sering meremehkan hal-hal kecil yang bisa mengakibatkan kemunduran kinerja dia sendiriJika anda tipe ini, sangat disayangkan anda sama sekali tidak punya kesempatan untuk menaikkan jenjang karier apabila anda tidak cepat merubah diri.Karakteristik keempatJika anda bekerja maka perusahan sepertinya dirugikan, bilamana anda tidak ada dipastikan perusahaan akan merasa senang dan diuntungkan.Ciri-ciri:* Karyawan akan selalu mengeluh dalam segala hal.* Tidak ada tanggungjawab terhadap pekerjaannya* Selalu menganggap remeh atasannya* Selalu bermasalah dengan rekan karyawan yang laian maupun dengan atasannya.Jika anda tipe karyawan seperti ini, sebaiknya segera instropeksi diri. Sebab gerbang kesuksesan sangat menjauh dari anda. Saat ini perusahaan tempat anda bekerja sedang bersiap-siap untuk memecat anda.
KARAKTER SEORANG PENGUSAHA
Karakter yang harus dimiliki untuk menjadi seorang pengusaha
Bagaimanapun, untuk menjadi entrepreneur, tak cukup memiliki pengetahuan tentang bisnis. Karakter atau jiwa entrepreneur juga sangat dibutuhkan. Karena itu penting sekali mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri Anda sendiri untuk mengetahui seberapa besar karakter entrepreneur Anda1. Berapa besar komitmen Anda ?Seorang entrepreneur sukses memiliki komitmen yang besar terhadap bisnisnya. Mudah dipahami memang, tapi sulit dalam prakteknya. Jika Anda masih berangan-angan memiliki bisnis sendiri dan belum memulainya, barangkali Anda mesti memperkuat komitmen Anda dan siap dengan segala resikonya. Bagaimanapun, tak satupun bisnis di dunia ini yang aman dari resiko. Walau begitu, resiko juga bisa di manajemen bukan?2. Apakah gelas Anda setengah penuh atau setengah kosong?Tidak semua orang optimis adalah entrepreneur, tetapi hampir semua entrepreneur adalah orang-orang optimis. Setiap entrepreneur biasanya memiliki kemampuan melihat kesempatan positif dari suatu tantangan situasi. Tanpa keyakinan optimistis, maka akan sulit memotivasi karyawan, bertahan pada masa-masa sulit dan mengembangkan bisnis.3. Apakah Anda senang membuat keputusan?Keputusan berarti komitmen. Keputusan yang salah bisa mengarah pada masalah dan menghilangkan rasa hormat dari suatu kelompok. Memiliki sebuah bisnis - khususnya yang modalnya tidak besar-berarti harus siap membuat keputusan dengan market research terbatas dan informasi yang kurang lengkap. Nah, kira-kira apakah Anda senang membuat keputusan-keputusan demikian?4. Apakah Anda memiliki uang untuk membuat cita-cita bisnis Anda terwujud?Jangan berhenti dulu dari pekerjaan sehari-hari, sampai Anda memiliki modal yang cukup untuk kelangsungan bisnis. Memenuhi kebutuhan keuangan untuk bisnis tidaklah mudah dan perlu pengorbanan pribadi apakah itu dari tabungan, pinjaman bank, dll-. Anda juga harus siap jika ternyata ada yang tidak berjalan sesuai rencana. Nah, apakah Anda sanggup menyokong kelangsungan business plan agar bisnis Anda tetap bertahan?5. Apakah Anda senang menjual?Dalam bisnis, penjualan adalah bagian alami dari segala pekerjaan bahkan jika mereka tidak pernah bekerja di bidang penjualan sekalipun-. Sebagai seorang entrepreneur, pekerjaan Anda adalah menjual. Menjual produk Anda, visi perusahaan dan diri Anda sendiri. Dan harus melakukan ini setiap hari, dalam setiap waktu. Jika Anda menikmatinya, Anda memang seorang entrepreneur sejati.Jika Anda menjawab YA pada sebagian besar pertanyaan-pertanyaan di atas, berarti Anda memiliki karakter entrepreneur dan siap untuk memiliki bisnis sendiri. Dan mulailah Bisnis Anda disini : Club Bisnis Mudah & MurahTetapi jika sebagian besar jawabannya adalah TIDAK, sebaiknya pertimbangkan untuk menggaet partner bisnis untuk membantu membuat rencana bisnis Anda menjadi kenyataan.

Berubah Untuk Menuju Kebaikan
Pernah lihat binatang koala?
Atau paling tidak, tahu tentu yang namanya koala.
Si koala ini adalah binatang khas dari Australia.Dia tenar sekali disana karena bentuknya memang lucu dan mengemaskan. Coklat gelap warnanya dan wajahnya lugu banget gitu.
Si koala ini punya karakter pemalas. Menurut penelitian (& juga menurut sumber salah seorang teman saya), si koala adalah salah satu binatang paling malas di dunia ini.Konon dia tidur 22 jam dalam sehari!
Huebat ya… Padahal dalam satu hari hanya ada 24 jam, dimana dengan kata lain, ya hanya 2 jam tok si koala bangun dan beraktifitas.
Dia hidup di batang sebuah pohon. Kalau mau makan pun dia malas bergerak dan hanya mau bergeser sedikit untuk mengambil makanan yang sudah tersedia saja di sekitar dia. Bergerak paling banyak dia lakukan hanya kalau sedang melakukan hubungan seks.
Itulah mungkin kenapa si koala kemudian mendapat titel sebagai binatang pemalas.
Ya memang begitulah karakternya… Mana bisa berubah lagi?
Tetapi bagaimana ceritanya kalau dengan karakter seorang manusia?
Apa masih berubah?
Dalam satu bulan belakangan ini saya banyak sekali mendapat kalimat yang sama dari waktu ke waktu terus-menerus, “Ya memang begitu kok karakternya. Mana bisa berubah lagi, Liz”
Dahi saya kok jadi berkerut ya.
Apa iya manusia itu bisa sama disejajarkan seperti seekor koala, yang nota bene masuk ke dalam spesies binatang, dan tidak bisa berubah?
Dahi saya tambah berkerut nih sekarang kayaknya…
Saya yakin tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia.Yang dibutuhkan lagi-lagi hanya seonggok, segepok, segumpal keyakinan dan kemauan. Dan saya yakin semua pasti sudah pernah mendengar kalimat tersebut sebelumnya dalam beragam percakapan, dalam beragam artikel, dalam beragam hal.
Masalahnya sekarang seberapa besar keyakinan dan kemauan kita untuk berubah??Kalau keyakinan dan kemauan itu cukup besar, rasanya tidak ada yang tidak mungkin.
Saya tidak percaya dengan kalimat tadi, ‘Ya sudah karakter. Mana bisa berubah lagi’. Menurut saya itu adalah sebuah alasan yang dangkal sekali.
Karakter pemarah, karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter defensif, karakter pembohong, karakter pembual, karakter egois, karakter kompulsif, karakter penakut, karakter depresif, karakter manipulatif dan beribu-ribu karakter lainnya SEMUA BISA BERUBAH.
Saya berani mempertaruhkan semua milik saya untuk kalimat saya tersebut : semua karakter BISA BERUBAH.Pertanyaannya ‘hanya’lah, mau tidak si manusia itu berubah?Kalau sudah mau berubah, pertanyaan selanjutnya (& yang paling penting) mau tidak dia berjuang untuk berubah????
Perubahan bukan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu satu malam.Saya pun tidak pernah bilang itu akan menjadi hal yang mudah serta cepat dicapai seperti orang makan cabai lalu langsung pedas.
Perubahan itu mungkin perlu dilakukan dengan usaha yang maha gigih sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, setakar demi setakar.
(Saya menyadari hal tersebut dari pengalaman pribadi).
Kebayang sudah berapa puluh tahun mungkin si karakter telah mengendap dan mengalir lancar dalam diri.Kebayang pula sudah berapa puluh tahun kita telah terbiasa menjalankan karakter tersebut.
Seperti kalau misalnya si koala yang juga sudah turun temurun dari nenek moyang begitulah adanya. Hal yang mustahil rasanya untuk merubah si koala.
Tetapi sekali lagi, apa iya kita sama sejajar dengan si koala?Bagaimana kabarnya dengan atribut ‘kemanusiaan’ yang melekat pada manusia seperti otak, kepintaran, intensi dan kemauan bebas?Apa tidak ada gunanya semua untuk menghasilkan keadaan yang lebih baik?
Banyak orang mengatakan ingin berubah dan akan berubah.Tetapi tidak banyak orang yang benar-benar berjuang mewujudkan perubahan itu.
Setiap orang juga tentunya pernah kena teguran, tamparan dan bahkan cacian.Tetapi tidak banyak orang yang bisa belajar dari teguran, tamparan dan cacian tersebut serta menjadikannya sebagai wake up call.
Mungkin dulu pernah ada penelitian atau percobaan yang ingin membuat si koala lebih aktif, lebih gesit dan lebih banyak bergerak (he3x… mungkin lho ya. Siapa tahu memang pernah ada penelitian atau percobaan itu).
Namun tampaknya tidak sukses tuh karena si koala tetap lah si koala.
Lalu bagaimana dengan kita?
Apakah kita tetaplah kita yang sama dablek-nya dengan si koala???
Atau kita masih bisa menggunakan atribut ‘kemanusiaan’ kita untuk berjuang dan berubah menghasilkan keadaan yang lebih baik?
Saya yakin kita bisa.
Saya pribadi berharap Yang Diatas terus membimbing saya (& kita semua) untuk menggunakan atribut ‘kemanusiaan’ yang ada dengan bijak.
SIFAT dan WATAK itu identik yang berbeda adalah dengan KEPRIBADIAN. Sifat dan Watak itu bisa dirubah tergantung bagaimana pribadi tersebut mau merubah atau tidak. Lahirnya watak atau sifat bermula dari PIKIRAN. Contoh: seseorang berpikiran kalau dia itu orangnya tidak sabaran maka dalam setiap hal dia merasa kalau dia itu orang yang tidak sabaran. Lama kelamaan pikiran dan perasaan tidak sabaran tersebut menjadi KEBIASAAN. Setelah menjadi kebiasaan akhirnya berkembang menjadi SIFAT atau WATAK orang tersebut. Jadi setiap saat menghadapi hal tertentu tanpa disadari watak tidak sabaran itu akan keluar dengan sendirinya.Ada seorang AYAH yang dengan bangga bilang kalau dia itu memang wataknya adalah seorang ayah yang PEMARAH dan GAMPANG TERSINGGUNG. Terus terang saya jadi kasihan sama orang tersebut, apakah hidupnya pernah bahagia? Seumur hidup dia tidak akan pernah bahagia kalau tidak mau merubah wataknya. Kalaupun dia merasa bangga dan tidak bermasalah dengan watak tersebut apakah ANAK atau ISTRINYA bahagia punya ayah atau suami yang demikian. Mungkin anak dan istrinya diam saja karena berusaha menerima dan memaklumi tapi sebenarnya mereka tidak bahagia. Jadi kalau seorang Ayah punya watak yang tidak baik dan orang tersebut menyadari, sebenarnya bisa dirubah dengan cara mulai berpikir dan terus menerus berpikir kalau dia itu adalah seorang ayah yang BAIK dan PENYABAR. Pecayalah tanpa disadari dia akan berusaha menjadi ayah yang baik dan penyabar akhirnya lama kelamaan menjadi kebiasaan dan akhirnya wataknya pun BERUBAH menjadi ayah baik dan penyabar.Cobalah saja tanyakan pada seorang anak atau seorang istri kalau punya ayah atau suami yang berwatak keras, tidak sabar dan pemarah atau punya watak buruk lainnya, apakah mereka senang atau lega dan bahagia kalau setiap hari harus menghadapi orang seperti itu.Mungkin buat kita atau siapa saja yang saat ini masih punya watak yang kurang baik perlu mendengarkan lagu yang dapat menggugah ini, apakah selama hidup kita sudah menjadi seorang anak, seorang teman, ibu atau ayah atau suami yang terbaik bagi keluarganya. Silakan dengarkan di:

Tuesday, June 29, 2010


Sewaktu ke Gramedia kemarin secara tidak sengaja aku melihat buku ini, judulnya yang tidak pernah aku dengar dan tagline-nya yang menarik membuatku jatuh hati untuk membelinya.Buku ini ditulis oleh Isamu Saito dan Tadahiko Nagao, keduanya merupakan ahli psikologi Jepang yang menciptakan dan mengembangkan Kokology. Kokology sendiri diambil dari bahasa Jepang: Kokoro yang artinya pikiran, semangat, perasaan dan bahasa Yunani logia: ilmu. Jadi Kokology adalah sebuah permainan psikologi yang dirancang untuk menyingkap emosi dan sifat tingkah laku seseorang.Berbeda dengan buku-buku psikologi lainnya, Kokology mengajak pembacanya untuk menemukan jati diri dan menggali potensi melalui sebuah permainan yang menyenangkan. Memang sih kita tetap diminta untuk menjawab pertanyaan tapi jangan khawatir karena pertanyaan2 yang diajukan sangatlah sederhana dan menyenangkan. Jawaban yang kita pilih itulah yang akan mengungkapkan sifat dan jati diri kita yang sebenarnya. Yang pasti kita harus jujur saat menjawab dan jangan mencoba untuk mengira-ngira biar keliatan pintar atau menebak makna di balik jawaban itu.Sebagai contoh, ada pertanyaan tentang seekor burung berwarna biru yang masuk ke kamar kita. Karena burung itu menarik kitapun lalu memeliharanya, namun esok harinya burung itu berubah warna menjadi kuning. Di hari ketiga berubah lagi menjadi merah terang dan hari keempat menjadi hitam. Nah kita disuruh untuk menjawab perubahan warna burung tersebut di hari yang ke-5. Ada empat pilihan yaitu: hitam, biru, putih atau emas. Karena warna favoritku biru maka akupun memilih biru. Makna apakah yang terkandung di balik pilihan jawaban itu?Burung yang masuk ke kamar nampak seperti simbol dari nasib baik tapi perubahan warnanya membuat kita khawatir kalau kebahagiaan itu takkan bertahan lama. Warna yang kita pilih merupakan gambaran diri kita dalam merespon cobaan dalam hidup. Warna hitam berarti orang yang memiliki pandangan yang pesimis. Biru adalah orang yang optimis. Putih adalah orang yang tenang dan tegas meski di bawah tekanan. Emas berarti tidak memiliki rasa takut. Lumayan cocok ama gambaran diriku, cieeee.Namanya juga permainan pasti lebih asyik jika kita membacanya bersama keluarga, pacar atau teman2 kita. Dari situ kita bisa lebih mengenal dan memahami satu sama lain. Tapi kita harus siap2 mental jika sifat asli kita ketahuan, apalagi kalo yang ketahuan itu sifat jeleknya.Aku sendiri sering terkejut saat mengetahui makna dari jawaban2 yang kupilih karena benar2 di luar dugaan. Setelah aku renungkan, kebanyakan emang cocok ama sifat2ku. Ada sih beberapa yang bikin aku bertanya: masa sih aku kayak gitu…?Buat yang nggak hoby baca dan sekedar pengin tahu sifat aslinya mungkin akan terasa basi jika membaca untuk kedua kalinya karena sudah tahu makna dari jawaban2 itu. Tapi buat kutu buku mania pasti nggak akan bosen biarpun baca berulang kali karena biasanya mereka percaya bahwa semakin sering buku dibaca maka akan semakin banyak hikmah yang didapatkan. silahkan beli dan baca bukunya.

Ciri-Ciri Orang Sok Pintar


1. Suka berdebat tanpa pertimbangan matang
Karena merasa pintar, ia jadi suka mengikuti atau membuka “arena laga otak”. Namun sayangnya, sebenarnya ia hanya terlalu percaya diri akan kepintarannya sehingga pertimbangannya kurang matang. Tidak selamanya memenangkan yang benar dan mengalahkan yang salah adalah keputusan yang tepat. Pada umumnya yang lebih mendekati kebenaran adalah yang menghargai perbedaan sudut pandang.
2. Berusaha memberi kesan betapa luas pengetahuannya
Orang yang sok tahu cenderung pamer betapa banyak ia membaca. Padahal, pembacaaanya tidak secara mendalam, hanya sepintas lalu.
3. Mengandalkan status
Menginformasikan bahwa ia adalah sang ahli, menjejerkan gelar akademik dan status lainnya adalah senjata andalan orang sok tahu. Padahal yang menentukan kedalaman pengetahuan bukanlah apa gelarnya melainkan bagaimana efektivitas proses belajarnya.
4. Memposisikan diri sebagai hakim
Orang yang sok tahu cenderung cepat menuduh orang. Padahal seharusnya pahami dahulu mengapa orang ini begini dan orang itu begitu sampai cukup objektif menghakimi seseorang. Hal ini sangat sulit dan belum tentu esensial, itulah alasannya mengapa orang yang bijak berpikir ratusan kali untuk menjadi hakim.
5. Menyimpulkan tanpa dasar yang kuat
Jangan terlalu memudahkan persoalan. Dasar yang kuat untuk pengambilan kesimpulan adalah fakta dan logika dari penyelidikan yang secermat-cermatnya.
6. Malas membaca
Inilah yang membedakan orang yang benar-benar tahu dengan yang sok tahu. Jika malas membaca pengetahuan kita akan lenyap bagai kamper. Semula wangi tetapi lama kelamaan menguap.
7. Malas menulis
Ini juga yang membedakan ‘ulama (ahli ilmu) dengan yang sok tahu. Jika membaca membuat kaya, maka menulis membuat tajam dan berdiskusi membuat jeli (Prof. Didik J Rachbini).

Monday, June 28, 2010


MENCARI PEKERJAAN
Menjelaskan bahwa setelah para anak bangsa yang sebelumnya disibukkan dengan kegiatan Ujian Nasioanal dan lulus sudah selesai menamatkan jajaran pendidikan di masing-masing instansi nah disibukkan dengan mencari pekerjaan, mulai dari tinggakat SMP, tingkat SMA sampai perguruan tinggi, dengan persentase kelulusan diabndingkan dengan pertumbuhan lapangan pekerja sudah sangat tidak memenuhi, sehingga tingkat pengangguran di tingkat propinsi sampai metro semakin tahun meningkat drastic.
Tetapi jangan takut jika memang sudah niat mencari pekerjaan dan pastinya sudah mempersiapkan diri secaraEducation dan Penerapan yang tepat, niscahya pasti mendapatkan posisi yang baik, disamping anda sudah mempersiapkan kedua tahap tersebut diatas, mungkin berikut ini ada beberapa TIPS yang saya tuliskan guna mendukung kesiapan mencari kerja.
Berikut TIPS yang berguna (by: Jekson Sitorus,S.T,MM)
Tips Cari Kerja di Internet
Apapun jenis kegiatan jika dikaitkan dengan istilah pencarian adalah suatu pekerjaan yang amat sangat menjenuhkan dan membosankan. Terutama aktivitas dimana seseorang berusaha dalam cari kerja dan menemukan pekerjaan yang diinginkan dan di idam-idamkan! Sebagaimana diketahui bersama, mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak sendiri telah dilindungi dan diatur di dalam undang-undang. Namun sungguh seribu sayang, hal itu masih jauh dari harapan. Besarnya jumlah angka pencari kerja dibandingkan jumlah lowongan kerja yang tersedia masih sangat timpang dimana lebih besar pencari kerja. Memang untuk mendapatkan suatu kehidupan yang layak dan mapan merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah, namun tidak benar jika sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah. Karena jika kita pasif, hasil yang diperoleh-pun jauh dari kata memuaskan.
Melihat perkembangan kebiasaan tenaga kerja baru (fresh graduate), dimana ketika mereka lulus dari jenjang pendidikannya, namun masih belum bisa MANDIRI. Kebanyakan dari mereka masih mengekor kebiasaan lama, yaitu mencari kerja ke-sana! Kesini! Hasilnya pun sudah bisa ditebak, kebanyakan dari mereka gagal mendapatkan kerja sesuai dengan yang diinginkan, bahkan terkadang menyimpang dari background pendidikan yang telah dipelajari di dunia pendidikan. Terlepas dari itu semua, mau gimana lagi! Kebiasaan ini nampaknya akan susah dihilangkan, bagi Anda yang sedang giat mencari kerja secara on-line, berikut ada tips ringan yang saya yakin berguna:
Terlebih dahulu yang mutlak Anda lakukan adalah dengan memutuskan terlebih dahulu apakah akan mengirimkan lamaran Anda melalui situs resmi perusahaan secara langsung atau dengan perantara pihak kedua seperti forum, situs penyedia lowongan tenaga kerja.
Dalam mengirim CV atau surat lamaran, usahakan agar mengisi informasi selengkap-lengkapnya yang dapat mencermikan dari kepribadian Anda, misalnya berapa jumlah pendapatan dan penghasilan yang Anda inginkan. Jangan lupa mengisi isian wajib seperti pengalaman kerja, latar belakang pendidikan, lokasi tempat tinggal ketika memasukkan lamaran dan informasi penting lainnya yang mungkin dibutuhkan bagi perusahaan tempat Anda melamar.
Ketika mengirim resume, pastikan resume tersebut telah disusun dengan benar dan rapi, missal dengan memperhatikan ukuran huruf agar enak dan nyaman ketka di baca, biasanya menggunakan huruf type arial, times new roman, atau verdana silahkan pilih salah satu dengan ukuran berkisar 10 sampai dengan 12. Jika ingin lebih sempurna, silahkan tanyakan ke rekan mungkin yang lebih mahir dan master di bidang ini.
Menggunakan sampul atau cover, sehingga bagi HDR akan lebih mudah membaca maksud isi surat Anda. Jangan lupa tulis nama lengkap, alamat, dan no telepon yang bisa dihubungi di bagian atas cover atau sampul.
Jangan membuang waktu dengan membabi buta mengirimkan resume ke bidang di luar cakupan Anda. Pilihlah dengan bijak jenis lowongan kerja yang sesuai dengan bidang Anda. Hal ini akan menguntungkan ke-dua pihak baik perusahaan maupun Anda. Bagi perusahaan sendiri tentunya tidak salah memilih tenaga kerja, sedangkan bagi Anda sendiri pasti akan nyaman jika mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang Anda tekuni.
Keep Stay Tune………… Kayak radio saja apa salah menulis! Saya tidak salah menulis, yang saya maksud disini tetap jaga terus perkembangan posisi kerja yang Anda incar, apakah masih terbuka lowongannya atau sudah diisi dengan pihak lain. Oleh karena itu tidak ada salahnya Anda menghubungi perusahaan tersebut baik secara telepon, email, atau bahkan mengirim surat lamaran ulang (jika benar-benar posisi tersebut masih terbuka lowongannya)!
Langkah terakhir yang dianjurkan adalah maintenance atau dengan kata lain tetap terus berusaha, jangan pantang menyerah, dan terus update resume, CV, surat lamaran kerja Anda.
Tips Cari Kerja OFF LINE
Langsung saja, berikut ini tips ringan yang mungkin berguna bagi Anda untuk terhindar dari kedok penipuan :
Untuk Anda yang mendapatkan informasi lowongan cari kerja dari Koran atau Media cetak, langkah pertama yang seharusnya Anda ambil adalah memastikan kebenaran perusahaan. Apakah benar atau jangan-jangan sebuah penipuan. Memang untuk melakukan tahap awal ini agak sedikit merepotkan, tapi hal ini seharunya wajib Anda lakukan.
Catat dan cari tahu no telepon yang bisa dihubungi, tips penting dalam hal ini adalah jangan merespon lowongan kerja tersebut jika hanya tercantum no HP. Karena modus penipuan sering kali tidak berani mencantumkan telepon rumah atau telepon kantor.
Coba analisis secara logika gaji atau penghasilan yang ditawarkan, apakah rasional apakah terlalu berlebihan. Untuk kasus penipuan, biasanya menawarkan penghasilan yang menggiurkan dan jika dianalisis tidak masuk akal jika dibandingkan antara pekerjaan yang ditawarkan dengan penghasilan yang dijanjikan.
Kemudian jangan lupa untuk mencatat tanggal lamaran itu di muat di media cetak dan kapan kadaluarsanya atau masa habisnya.
Harap ekstra hati-hati jika Anda baru 1 hari mengirim surat lamaran tapi sudah ada panggilan atau kepastian bahwa lamaran Anda telah diterima. Kemudian jika telah melakukan interview kemudian lansung ditraining atau bahkan langsung di terima untuk kerja. Menyikapi hal kasus tersebut harap di analisa lebih dalam lagi, kemungkinan besar jika hal ini terjadi maka bukan kerjaan yang Anda dapat, tapi Anda dikerjai alias ditipu!
Tips Cari Kerja TAPI Anda sudah Bekerja
Terkadang walaupun kita sudah mendapatkan pekerjaan tapi ada yang ganjal, yaitu kurang puas atau merasa tidak cocok dengan jenis pekerjaan Anda sekarang. Apakah Anda ingin lari dari pekerjaan tersebut untuk cari jenis kerja lain yang ideal bagi Anda? Apakah kemungkinan tersebut bisa dilakukan? Atau jangan-jangan Anda bisa kehilangan pekerjaan yang sekarang dan susah mendapatkan jenis pekerjaan baru yang Anda impikan? Jawabannya sih simple, pasti ada jalan keluarnya. Berikut tips-tips ringan yang mungkin sangat berguna bagi Anda yang mengalami keadaan yang seperti ini :
1. Hindari penggunaan layanan internet dan telepon kantor. Dalam hal ini usahakan sebisa mungkin untuk tidak menggunakan fasilitas kantor untuk mencari kerja yang baru, sekalipun itu email kantor. Hal ini bertujuan agar tidak ada yang mengetahui pihak dari kantor bahwa Anda ingin cari kerja dengan suasana yang baru.
2. Menggunakan etika dengan benar, salah satu contohnya tidak menggunakan printer kantor untuk mencetak resume yang telah Anda buat! Ingat ada perbuatan jelek, maka akan ada karma loeh!
3. Kunci serapat mungkin rahasia Anda bahwa sedang cari kerja baru, hal ini dapat dilakukan dengan meminimalisir komunikasi yang tidak perlu dengan orang-orang yang berada di lingkungan kantor (tenang sifatnya hanya sementara)!
4. Jika Anda mendapatkan panggilan, semisal panggilan interview, usahakan agar dilaksanakan di luar jam kantor, mungkin dapat menggunakan jam makan siang, jam sebelum atau setelah masuk kantor. Namun jika perusahaan baru yang tertarik dengan Anda tidak bisa dengan waktu tersebut, mungkin dengan bijak Anda dapat mengambil cuti untuk sementara.
5. Fokuslah! Memang susah untuk dikerjakan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk melakukan tugas kantor dengan professional. Memang susah untuk bersifat adil, apalagi jika melakukan pekerjaan yang sudah tidak disukai. Percayalah jika Anda tidak professional untuk perusahaan Anda yang sekarang, maka akan berakibat buruk. Anda Akan meninggalkan citra buruk bagi perusahaan yang Anda tinggalkan, dan hal ini akan berdampak buruk terhadap karir Anda dalam jangka panjang.
Tips Nyeleneh Cari Kerja ! Kocak Tapi Realitas
Dalam dunia kerja, terutama pada tahap perekrutan memang bisa di bilang kotor. Ada yang melakukan suap, nepotisme dan masih banyak lagi. Jarang sekali ada orang mendapatkan pekerjaan dengan cara ideal, jujur, dan benar. Kalaupun ada pasti sangat jarang terjadi. Namun inilah realitas kehidupan. Berikut ini tips ringan yang agak melenceng dikit (tapi tidak se-Xtrim sampai menyogok):
Kalau kita diinterview dengan perusahaan asing, kedutaan besar, LSM asing, maka jika Anda mau bilang saja bahwa Anda mengenal seseorang di perusahaan tersebut, atau kalau bisa katakan bahwa Anda mengenal pihak HRD-nya (dijamin kemungkinan besar diterima he he ….). Hal ini dikarenakan mereka sensitive terhadap orang asing, karena mungkin mereka menganggap bisa saja orang asing yang di interview adalah jaringan Teroris (Gak segitunya kale…)
Kalau di wawancara perusahaan swasta asing, bilang saja Anda kenal dengan seseorang di perusahaan. Eits….. tapi hati-hati bisa-bisa nama yang Anda sebutkan itu adalah musuh dari pihak yang mewawancarai Anda. Bukanya diterima bisa-bisa Anda langsung di Skip!
Kalau keturunan Chinese, jangan ngelamar di perusahaan pertambangan atau perminyakan di Indonesia (Pokoknya ada yang bilang begitu, sebenarnya gimanaya….Ada yang punya pengalaman?).
Untuk para tenaga kerja fresh graduate, maka untuk mensiasatinya adalah dengan menulis segala kegiatan informal/organisasi yang telah diikuti, biasanya sukses. Tulis juga diskripsi Anda orangnya seperti apa! Misalnya: mudah beradaptasi, bisa kerja di tim/secara individu, pekerja keras & mau belajar, dan masih banyak lagi.
Kalau mengirim surat lamaran dimana informasi dari Koran misalnya, maka Anda harus bikin surat Anda tersebut beda dari yang lain! Karena ada temen pernah cerita ada HRD yang dengan barbar cara menyeleksinya. HRD tersebut jika menemukan amplop warna putih standar dengan kebanyakan yang lain, maka akan langsung membuangnya tanpa dibaca terlebih dahulu. Oleh karena itu untuk mensiasati kayak ginian, kreatif dong di sampul atau amplop, buat beda ama yang lain. Jika amplop yang lain warnanya putih atau coklat kenapa Anda tidak mengirimkan amplop dengan warna pink sekalian……..Gedubrak…..!!!
Cari tahu apakah HRD-nya satu suku dengan kita (Eits gak boleh SARA tapi FAKTA), jika HRD-nya satu suku dengan Anda, ajakin aja langsung memakai bahasa daerah, pasti bakal senang dianya!

Pengaruh Uang
Dalam sistem demokrasi, khususnya yang berorientasi Barat, tidak dapat dihindari bahwa politik amat dipengaruhi uang. Hanya orang yang cukup keuangannya yang dapat aktif dalam proses politik. Pada permulaan diadakan sistem pemilihanhanya orang laki-laki dengan penghasilan atau membayar pajak dalam jumlah tertentu yang boleh ikut memilih dan dipilih. Jadi landasannya adalah uang dan bahwa kehidupan politik hanya terbuka bagi yang punya uang. Orang yang berambisi turut dalam proses politik harus bersaing dengan orang lain untuk dapat terpilih menjadi anggota legislatif atau eksekutif.
Persaingan itu akan dimenangkan oleh orang yang disukai banyak orang yang berhak memilih. Pandangan hidup yang diperjuangkannya, kecerdasannya, perilakunya, kemampuan untuk meyakinkan orang lain, itu semua berpengaruh apakah orang dapat memenangkan persaingan tersebut. Akan tetapi juga uang dan benda berpengaruh besar dalam memenangkan persaingan itu.
Tahun 1982 di Jepang seorang yang ingin berhasil dapat terpilih sebagai anggota DPR Pusat memerlukan tidak kurang dari Yen 200 juta (sekitar US$ 2 juta). Padahal Jepang adalah bangsa yang termasuk shame society yang cepat sekali mengecam perilaku yang tidak patut, khususnya menyangkut uang. Sebab itu tidak ringan bagi orang yang berambisi politik. Apalagi bagi orang yang memegang pimpinan faksi (faction) dalam partai. Ia harus mendukung semua anggota faksinya agar dapat terpilih dan dengan demikian memperkokoh posisi faksinya.
Sekarang pun dalam pemilihan Presiden AS terjadi persaingan kuat dalam pengumpulan dana. Menurut laporan Majalah Newsweek, untuk keluar sebagai calon presiden bagi Partai Demokrat saja para calonnya John Kerry, Howard Dean, dan lainnya harus bersaing keras untuk memperoleh dukungan dana yang besar. Apalagi kalau nanti menghadapi calon Partai Republik, yaitu Presiden George W. Bush, yang mendapat dukungan kaum modal besar dan katanya sudah berhasil mengumpulkan dana sebanyak US$ 170 juta.
Calon Presiden AS memerlukan banyak dana untuk membiayai stafnya yang umumnya sebagai profesional harus dibayar. Juga perjalanan keliling dengan naik pesawat, kereta api atau bus pun tidak murah. Yang paling mahal mungkin membayar penggunaan siaran TV.
Maka dapat dikatakan bahwa pengaruh uang terhadap politik besar sekali dan tidak terbatas pada penggunaannya yang kurang patut. Akibatnya, sekalipun demokrasi yang memperjuangkan kepentingan rakyat, hanya kalangan tertentu saja yang dapat bergerak aktif dalam politik untuk menjadi calon legislatif dan eksekutif.
Maka jauh dari pasti bahwa yang terbaik akan tampil dan menang. Itu juga dapat dilihat ketika George W. Bush terpilih sebagai Presiden AS pada tahun 2000, sebab banyak orang Amerika dan dalam partainya sendiri sangsi akan kemampuannya. Kemudian juga terbukti keterbatasannya dalam pengetahuan mengenai bangsa lain.
Kekuatan Uang Hal itu juga terjadi di Indonesia, yaitu orang yang tidak mempunyai kekuatan uang tidak dapat menampilkan diri sebagai calon legislatif atau calon presiden. Kalau ia toh mencoba-coba melakukannya, ia akan kandas dalam waktu singkat. Inilah ironi demokrasi yang tak dapat dihindari. Kondisi demikian diperkuat oleh makin kuatnya pengaruh materialisme dalam kehidupan manusia. Orang-orang yang memperjuangkan peran moralitas yang kuat dalam kehidupan politik hampir tidak ada peluangnya. Satu-satunya peluang adalah kalau orang yang dipilih sebagai pimpinan nasional, terbukti menjalankan kepemimpinan yang kuat moralitasnya. Sekalipun ia terpilih melalui jalan yang tidak bebas dari pengaruh uang yang kuat.
Memang demikianlah realitas kehidupan yang tidak dapat dihindari. Alternatifnya adalah berlakunya sistem otoriter yang amat dipengaruhi kekuasaan fisik yang dengan sendirinya tidak disukai banyak orang, kecuali yang berkuasa.
Satu jalan keluar adalah apabila ada pihak yang kuat keuangannya, bersedia mendukung orang yang dalam pendapat masyarakat dinilai sebagai pemimpin yang tepat, tetapi tidak memiliki kekuatan uang yang memadai. Akan tetapi juga harus disertai syarat bahwa pihak yang mendukung tidak melakukan itu untuk memperkuat kepentingannya sendiri. Sebab kalau itu yang terjadi, orangnya yang terpilih harus sepenuhnya melayani kepentingan pendukung. Hal semacam itu tidak jarang terjadi di Amerika ketika pemodal besar tertentu memerlukan peran pemimpin eksekutif dan legislatif untuk menjamin kemajuan usahanya. Karena itu di AS ada banyak lobby, termasuk Jewish lobby yang tersohor kuat pengaruhnya.
Besarnya pengaruh uang terhadap politik dalam sistem demokrasi dapat menimbulkan kerawanan terhadap efisiensi pemerintahan. Partai politik yang berkuasa cenderung memanfaatkan keuangan negara untuk memperkuat dananya. Itu antara lain dapat dilakukan dengan menempatkan anggota partainya pada posisi yang me- nguasai banyak dana, padahal belum tentu anggota partai itu orang terbaik untuk jabatan tersebut.
Jalan lain adalah pemanfaatan tender untuk memenangkan perusahaan yang dekat dengan pimpinan partai. Juga di Indonesia hal itu sedang atau akan terjadi ketika partai-partai politik sangat memerlukan dana banyak.
Di banyak negara diadakan pengaturan untuk membatasi peran uang dalam kegiatan politik. Seperti dibatasi jumlah uang yang dapat disumbangkan kepada partai politik. Tetapi dalam kenyataan pengaturan itu tidak efektif. Selalu ada saja jalan bagi pengumpul dana untuk membesarkan dompetnya dan malahan tidak jarang ada pemimpin politik yang mengambil risiko untuk melanggar peraturan.
Kesimpulan yang kurang enak adalah bahwa dalam dunia ini yang berkuasa adalah uang dan mereka yang memilikinya. Kecuali kalau ada orang berkuasa yang sanggup memimpin dengan etika dan moralitas tinggi dan mampu untuk tidak dijatuhkan dalam waktu singkat oleh mereka yang berkepentingan dengan kekuasaan uang.

APAKAH praktik demokrasi yang didominasi kuasa uang kita biarkan begini terus? “Tidak”, jawab teman saya, “cepat atau lambat harus diubah.” Tapi, mungkinkah praktik seperti ini dibenahi? “Masih mungkin, tapi tidak sekarang. Butuh minimal segenerasi setelah kita,” jawab kawan lainnya. Inilah sepenggal obrolan beberapa rekan mantan aktivis mahasiswa yang kini bekerja sebagai staf ahli di DPR.
Obrolan itu menggambarkan, betapa risaunya kami melihat praktik berdemokrasi di negeri ini yang sangat ditentukan arahnya oleh kuasa uang. Tampaknya jika zaman Orde Lama berlaku slogan politik adalah panglima, dan era Orde Baru ekonomi sebagai panglima, maka sejak reformasi slogannya: uang sebagai panglima.
Dan sedihnya, fenomena itu berlaku sejak tingkat kampung hingga pusat. Di daerah saya di Jawa Tengah, untuk menjadi modin (semacam penghulu) yang dipilih Badan Perwakilan Desa (BPD) saja butuh sekitar Rp 100 juta. Dana ini untuk menyogok para anggota BPD dan menyumbang kas RT (Rukun Tetangga) di seantero desa itu. Jika ingin maju sebagai kepala desa perlu setidaknya setengah milyar rupiah, antara lain guna memuluskan proses administrasi, membayar tim sukses, dan dibagikan kepada calon pemilih.
Ini berlanjut terus, sampai ke kabupaten dan provinsi. Walhasil bisa dibuat hipotesis: kian tinggi jabatan publik diperebutkan, makin tinggi pula uang yang dibutuhkan buat meraihnya. Untuk membiayai kampanye caleg hingga terpilih sebagai anggota DPR saja minimal butuh Rp 2 milyar. Ongkos ini semakin tinggi untuk jabatan eksekutif, seperti walikota atau bupati. Untuk memenangkan pemilihan kepala daerah di salah satu kabupaten di Jawa Tengah, misalnya, perlu Rp 100 milyar. Belum lagi untuk menjadi gubernur atau presiden. Proses bargaining politik di DPR atau DPRD juga tak lepas dari belitan kuasa uang.
Mungkinkah proses yang sangat “beruang” tadi menjamin munculnya pemimpin atau pejabat publik yang konsisten berkhidmat pada kepentingan rakyat? Saya sendiri, jujur saja, ragu. Apalagi fakta menjawabnya: Siapa pun yang berkuasa, rakyat cenderung menuai kecewa. Janji-janji tak pernah ditepati, dan politik sekadar arena politicking demi meraih konsesi sesaat semata.
Apa yang salah, sehingga demokratisasi justru berimplikasi pada begitu hegemoniknya kuasa uang? Apa pula yang bisa dilakukan untuk membenahinya?
Deideologisasi Orde Baru
Terlepas apa pun ideologinya, ada yang patut dikagumi pada tokoh politik tempo doeloe atau era Orde Lama. Mereka rata-rata sederhana kehidupannya, tapi amat heroik memperjuangkan kepentingan rakyat, sesuai frame ideologinya masing-masing. Meski komitmen ideologis ini kadang terasa berlebihan, karena menyentuh pula upaya mengajukan dasar negara alternatif, sehingga berakibat proses politik buntu dan mengancam integrasi bangsa.
Fenomena over-ideologi itu mendorong adanya upaya deparpolisasi pada masa akhir Soekarno dan berlanjut deideologisasi pada era Soeharto. Deideologisasi menjadikan aspek ideologi seakan tidak penting lagi bagi suatu kekuatan politik atau parpol. Apalagi fungsi partai juga dibonsai sedemikian rupa, sehingga tidak berdaya. Tak mengherankan jika partai atau organisasi politik pada era Orde Baru hanya menarik bagi kaum oportunis yang bersedia didikte oleh penguasa.
Ironisnya, setelah reformasi dan kita masuk era demokratis, ternyata tidak ada proses reideologisasi yang serius dilakukan oleh jajaran partai-partai politik. Hanya satu dua partai kecil yang justru terlihat bersungguh-sungguh menggarap aspek pendidikan ideologi ini. Karena itu, tak mengherankan pula, jika dalam situasi vakum ideologi ini, yang muncul akhirnya ialah gejala pragmatisme yang bermuara pada dominannya kuasa uang tadi.
Hasilnya, orang-orang pun seolah tak peduli lagi memilih atau masuk partai apa, yang penting dengan uangnya ia bisa menjadi anggota legislatif, kepala daerah, atau presiden. Dalam kondisi ini, partai hanya menjadi kendaraan politik bagi para kandidat dan sekadar menjalankan fungsi sebagai broker politik atau makelar jabatan.
Implikasinya, setelah meraih posisi yang diinginkan, seorang pejabat publik kerap tidak lagi peduli kepada ideologi atau platform partai pendukungnya. Bahkan mereka tidak segan-segan menyeberang ke partai berbeda. Toh sebagai pejabat yang tengah berkuasa atau incumbent, jika ia ingin maju lagi dalam kompetisi politik berikutnya, bisa saja mendompleng partai lainnya. Syarat merangkul partai lain ini pun relatif mudah: cukup menyediakan “mahar” sekian miliar.
Maka, yang memenuhi benak pejabat tadi ialah: bagaimana memaksimalkan potensi kedudukannya demi mengembalikan modal, seraya menyiapkan dana “mahar” untuk maju pada periode mendatang. Bahkan, seperti saudagar, ia bukan saja mengupayakan kembali modal dan bisa menabung “mahar”, melainkan bisa pula meraih laba dari modal yang ditanamnya. Janji-janji kepada konstituen, atau komitmen ideologis, pada akhirnya hanya menjadi instrumen untuk berkuasa belaka.
Kiranya inilah yang menjelaskan, mengapa muncul fenomena korupsi berjamaah para politisi di daerah. Juga maraknya korupsi para kepala daerah dan begitu dominannya kuasa uang dalam proses politik di lembaga legislatif di tingkat pusat. Sebab, ketika ideologi tidak ada lagi atau tak dijadikan acuan, yang mengedepan ialah urusan perut belaka: pragmatisme dan egoisme pribadi. Sikap politisi atau pejabat politik pun tergantung kepentingan pribadinya, atau siapa yang bisa membayarnya, bukan apa ideologinya atau siapa pemilihnya.
Dalam konteks ini, sejatinya masih lebih terhormat sikap politisi tempo doeloe –yang secara naif sering ngotot memperjuangkan ideologinya— daripada para politisi yang acuannya hanya uang atau vested interest (kepentingan pribadi) sesaat. Sebab, yang pertama lebih tegas posisioningnya dan tak bisa dibeli, sedangkan yang kedua bisa disebut melacurkan diri, dan karena itu, bisa dibeli oleh siapapun asal berkantong tebal.
Back to IdeologyGuna mengatasi persoalan di atas, salah satu solusi yang bisa ditawarkan ialah: partai-partai memiliki urgensi untuk melakukan reideologisasi ke dalam internal kader atau organnya masing-masing. Namun, agar tak mengulang kesalahan era Orde Lama, hendaknya reideologisasi tidak lagi menyoal posisi Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara sudah final, seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Sedangkan Pembukaan UUD 1945 adalah prinsip dasar bernegara yang tak bisa kita ubah. Mengubah Pembukaan UUD 1945, yang memuat suasana batin proklamasi 17 Agustus 1945, sama saja hendak merobohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagai implikasinya, mestinya juga tidak ada lagi partai yang mempolitisasi Pancasila, misalnya dengan mengklaim seolah-olah hanya kelompoknya sendiri yang akan mempertahankan Pancasila, namun dengan maksud tersembunyi hendak menyerang partai lain sebagai kurang atau tidak Pancasilais. Klaim-klaim demikian tidak relevan lagi jika diletakkan dalam konteks bahwa Pancasila sebagai ideologi bersama sudah bersifat final dan diterima oleh semua kelompok.
Karena itu, reideologisasi idealnya hanya bermain pada tataran sejauhmana partai-partai akan mengimplementasikan tujuan negara sesuai visi dan misi masing-masing. Dalam posisi ini, ideologi partai hanyalah aksentuasi salah satu atau semua aspek tujuan bernegara dilihat dari sudut visi dan misi partai. Dengan kata lain, kompetisi antarpartai adalah dalam level implementasi Pancasila.
Pancasila sendiri harus didudukkan sebagai ideologi negara yang berfungsi sebagai pemersatu atau –meminjam istilah Cak Nur (Nurcholish Madjid) – common denominator (titik temu) di antara ideologi partai yang beragam. Mengklaim Pancasila sebagai hanya milik partai tertentu justru mereduksi posisi Pancasila sebagai ideologi pemersatu ini.
Selayaknya hanya TNI, Polri, aparat birokrasi, dan lembaga-lembaga negara yang tidak partisan, yang secara etis bisa mengklaim berideologi Pancasila. Sedangkan jika partai-partai melakukan klaim atas Pancasila, dikhawatirkan sekadar melakukan politisasi atas Pancasila. Seperti PKI pernah merebut kata “rakyat” dan Masyumi merebut kata “umat”: dua kata yang sebetulnya milik bersama seluruh bangsa. []

Sunday, June 27, 2010


BERPIKIR
Meskipun anda bukanlah seorang jenius, anda dapat mengunakan strategi yang sama seperti yang digunakan Aristotle dan Einstein untuk memanfaatkan kreatifitas berpikir anda dan mengatur masa depan anda lebih baik."
Kedelapan statregi berikut ini dapat mendorong cara berpikir anda lebih produktif daripada reproduktif untuk memecahkan masalah-masalah. "Strategi-strategi ini pada umumnya ditemui pada gaya berpikir bagi orang-orang yang jenius dan kreatif di ilmu pengetahuan, kesenian, dan industri-industri sepajang sejarah."
1. Lihatlah persoalan anda dengan berbagai cara yang berbeda dan cari perspektif baru yang belum pernah dipakai oleh orang lain (atau belum diterbitkan!)
Leonardo da Vinci percaya bahwa untuk menambah pengetahuan tentang suatu masalah dimulai dengan mempelajari cara menyusun ulang masalah tersebut dengan berbagai cara yang berbeda. Ia merasa bahwa pertama kali melihat masalah itu terlalu prubasangka. Seringkali, masalah itu dapat disusun ulang dan menjadi suatu masalah yang baru.
2. Bayangkan!
Ketika Einstein memikirkan suatu masalah, ia selalu menemukan bahwa perlu untuk merumuskan persoalannya dalam berbagai cara yang berbeda-beda yang masuk akal, termasuk menggunakan diagram-diagram. Ia membayangkan solusi-solusinya dan yakin bahwa kata-kata dan angka-angka tidak memegang peran penting dalam proses berpikirnya.
3. Hasilkan! Karakteristik anak jenius yang membedakan adalah produktivitas.
Thomas Edison memegang 1.093 paten. Dia memberikan jaminan produktivitas dengan memberikan ide-ide pada diri sendiri dan asistennya. Dalam studi dari 2.036 ilmuwan sepanjang sejarah, Dekan Keith Simonton, dari University of California di Davis, menemukan bahwa ilmuwan-ilmuwan yang dihormati tidak hanya menciptakan banyak karya-karya terkenal, tapi banyak yang buruk. Mereka tidak takut gagal, atau membuat kesalahan besar untuk meraih hasil yang hebat.
4. Buat kombinasi-kombinasi baru. Kombinasikan, and kombinasikan ulang, ide-ide, bayangan-bayangan, and pikiran-pikiran ke dalam kombinasi yang berbeda, tidak peduli akan keanehan atau ketidakwajaran.
Keturunan hukum-hukum yang menjadi dasar ilmu genetika modern berasal dari pendeta Austria, Grego Mendel, yang mengkombinasikan matematika dan biologi untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru.
5. Bentuklah hubungan-hubungan; buatlah hubungan antara peroalan-persoalan yang berbeda
Da Vinci menemukan hubungan antara suara bel dan sebuah batu yang jatuh ke dalam air. Hal ini memungkinkan Da Vinci untuk membuat hubungan bahwa suara mengalir melalui gelombang-gelombang. Samuel Morse menciptakan stasiun-stasiun penghubung untuk tanda-tanda telegraf ketika memperhatikan stasiun-stasiun penghubung untuk kuda-kuda.
6. Berpikir secara berlawanan.
Ahli ilmu fisika Niels Bohr percaya bahwa jika andamemegang pertentangan secara bersamaan, kemudian anda menyingkirkan pikiran anda dan akal anda bergerak menuju tingkatan yang baru. Kemampuannya untuk membayangkan secara bersamaan mengenai suatu partikel dan suatu gelombang mengarah pada konsepsinya tentang prinsip saling melengkapi. Dengan menyingkirkan pikiran (logis) dapat memungkinkan akal anda untuk menciptakan sesuatu yang baru.
7. Berpikir secara metafor.
Aristotle menganggap metafora sebagai tanda yang jenius, dan percaya bahwa individual yang memiliki kapasitas untuk menerima persamaan antara dua keberadaan yang berbeda dan menghubungkannya adalah individual yang punya bakat kusus.
8. Persiapkan diri anda untuk menghadapi kesempatan.
Bilamana kita mencoba sesuatu dan gagal, kita akhirnya mengerjakan sesuatu yang lain. Hal ini adalah prinsip pertama dari kekreatifan. Kegagalan dapat menjadi produktif hanya jika kita tidak terfokus pada satu hal sebagai suatu hasil yang tidak produktif. Sebaliknya, menganalisa proses, komponen-kompnen dan bagaimana anda dapat mengubahnya untuk memperoleh hasil yang lain. Jangan bertanya, ?Mengapa saya gagal?? melainkan ?Apa yang telah saya lakukan??

Berpikir dan Berjiwa Besar
Percaya Anda dapat berhasil, maka Anda pun akan benar-benar berhasil, Keberhasilan seseorang ditentukan oleh besarnya cara berpikir seseorang, Anda tidak dapat memindahkan gunung hanya dengan “mengangankannya”, perlu kepercayaan yang kuat. Cara terbaik untuk memperoleh keberhasilan adalah dengan percaya bahwa anda dapat berhasil, Kesangsian berjalan bersama-sama dengan kegagalan, Kesangsian adalah kekuatan negatif, Ketika pikiran tidak percaya atau ragu, pikiran tersebut menarik “dalih” untuk menyokong ketidakpercayaan itu.Keraguan, ketidakpercayaan, keinginan bawah sadar untuk gagal, perasaan tidak benar-benar ingin berhasil, bertanggung jawab atas sebagian besar kegagalan. Berpikir ragu maka Anda gagal. Berpikir menang maka Anda berhasil. Kepercayaan diri berhubungan dengan rasa berharga dalam diri manusia. Setiap orang adalah produk dari pikirannya. Percayalah akan hal-hal yang besar.Luncurkan serangan sukses dengan kepercayaan jujur dan tulus bahwa anda dapat berhasil. Percayalah akan kebesaran dan tumbuhlah dalam kebesaran.Langkah pertama (dasar) menuju keberhasilan adalah percayalah kepada diri sendiri, percayalah bahwa Anda dapat berhasil.3 pedoman untuk mendapatkan dan mengokohkan kekuatan kepercayaan.1. Berpikir sukses, jangan berpikir gagal.2. Ingatkan diri Anda secara teratur bahwa Anda lebih baik dari yang anda kira.Orang sukses hanyalah orang biasa yang telah mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri dan apa yang mereka kerjakan. Jangan pernah mengakui keraguan anda atau mengesankan kepada orang lain bahwa anda bukan orang kelas satu.3. Percaya besar. Besar kecilnya keberhasilan anda ditentukan oleh besar kecilnya kepercayaan anda.

BERPIKIR POSITIF


Percaya atau tidak, sikap kita adalah cermin masa lampau kita, pembicara kita di masa sekarang dan merupakan peramal bagi masa depan kita. Maksudnya apa ? Ya, bahwa kondisi masa lalu, sekarang dan masa depan kita dapat tercermin dari bagaimana sikap kita sehari-hari. Camkan satu hal, sikap kita merupakan sahabat yang paling setia, namun juga bisa menjadi musuh yang paling berbahaya.
Bagaimana sikap mental kita adalah sebuah pilihan; positif ataukah negatif.
W.W. Ziege pernah berkata.”Tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat membantu seorang yang sudah bermental negatif.
Jika kita seorang yang berpikiran positif, kita pasti mampu menghasilkan sesuatu. Kita akan lebih banyak berkreasi daripada bereaksi. Jelasnya, kita lebih berkonsentrasi untuk berjuang mencapai tujuan-tujuan yang positif daripada terus saja memikirkan hal-hal negatif yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kehidupan dan kebahagiaan seseorang tidaklah bisa diukur dengan ukuran gelar kesarjanaan, kedudukan maupun latar belakang keluarga. Yang dilihat adalah bagaimana cara berpikir orang itu. Memang kesuksesan kita lebih banyak dipengaruhi oleh cara kita berpikir.
Ingat perkataan Robert J. Hasting, “Tempat dan keadaan tidak menjamin kebahagiaan. Kita sendirilah yang harus memutuskan apakah kita ingin bahagia atau tidak. Dan begitu kita mengambil keputusan, maka kebahagiaan itu akan datang”.
Dengan bersikap positif bukan berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Namun, bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan menuju keberhasilan. Berhasil atau tidaknya kita nantinya ditentukan oleh apa yang kita lakukan di sepanjang jalan yang kita lalui tersebut.
Dari beberapa buku yang saya baca beberapa tips berikut terbukti cukup membantu. Cobalah untuk menjalankan kegiatan-kegiatan berikut ini sebanyak mungkin dalam hidup kita. Sebagaimana untuk mencapai hal-hal lainnya, untuk menjadi seorang yang berpikiran positif, prosesnya harus dilakukan secara terus-menerus :
1. Pilihlah sebuah kutipan yang bernada positif setiap minggunya dan tulislah kutipan tadi pada selembar kartu berukuran 3 x 5. bawalah kartu tadi setiap hari selama seminggu. Baca dan camkanlah kutipan tadi secara berkala dalam sehari dan jadikan afirmasi, misalnya di meja kerja Anda, di dashboard mobil, atau di cermin kamar mandi. Jadikanlah setiap kutipan tersebut bagian pemikiran Anda selama seminggu itu.
Contoh :“Seorang pemimpin yang baik adalah yang bisa membesarkan semangat dan harapan-harapan kepada anak buahnya.” (Napoleon Bonaparte). “Hari ini saya ingin menolong orang sebanyak mungkin” (Harry Bullis)
2. Pilihlah seseorang yang dalam hidup Anda yang Anda anggap berpikiran negatif. Cobalah cari hal-hal yang positif dalam diri orang itu dan ubahlah pikiran-pikiran negatif Anda mengenai orang tersebut dengan hal-hal positif tadi. Sebagai orang beragama, tolong doakan pula orang tersebut dengan hal-hal positif tadi dan mohonlah agar Tuhan menolongnya.
3. Pilih satu hari istimewa dalam seminggu dan jadikanlah hari itu sebagai “hari 10″. Bangunlah pada pagi hari dan yakinlah bahwa setiap orang yang akan Anda temui bernilai “10″, dan perlakukanlah mereka secara demikian. Anda pasti akan heran sendiri melihat tanggapan yang akan Anda peroleh dari orang-orang yang selama ini Anda anggap remeh.
4. Tandai suatu hari dalam seminggu sebagai “hari berpikiran positif.” Hapuslah kata-kata “tidak dapat,” “tidak pernah,” atau kata-kata lain yang senada, usahakan agar Anda menemukan cara untuk mengatakan apa yang bisa Anda lakukan.
5. Paling tidak sekali dalam seminggu, carilah suatu kesempatan untuk bisa memberi kepada orang lain dengan tulus. Lakukanlah suatu yang khusus pada suami/istri ataupun anak-anak Anda. Berbuatlah suatu kebaikan pada seseorang yang belum Anda kenal.
Siapa yang ingin sukses ?
Kuncinya jangan pernah sekali-kali berpikiran negatif !Buang jauh-jauh hal-hal negatif; juga kalimat-kalimat negatif dari pikiran Anda !
Jangan pernah ada lagi kalimat-kalimat seperti :
“Pasti gagal;Kami belum pernah melakukannya;Kami tak sanggup melakukannya;Saya belum siap melakukannya;Itu bukan tanggung jawab kami; dan sebagainya”.
Selamat mencoba, dan ………………………………………….SEMOGA sukses senantiasa bersama kita yang selalu berusaha maksimalmenggapainya.

BERPIKIR KRITIS
Pendahuluan
Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning.
Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan pengajaran yang menggunakan strategi perpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di kedokteran.
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997 Cit in Pithers RT, Soden R., 2000).
Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang permasalahan cara belajar berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran, serta panduan dalam program pengembangan staf yang memberikan perhatian untuk membantu siswa menjadi seorang yang mampu berpikir kritis.
Ketrampilan Intelektual dan Perkembangan Kognitif
Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Mahasiswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis ketrampilan dapat dimasukkan sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.
Bloom mengelompokkan ketrampilan intelektual dari ketrampilan yang sederhana sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan ketrampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen ketrampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997).
Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun dan disepakati oleh para dosen tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh mahasiswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang program pendidikan.
Strategi pembelajaran berpikir kritis
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Penulis menilai strategi belajar kelas lebih sesuai pada pengajaran tingkat dasar dan menengah seperti hasil-hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut. Pada pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja. Artikel tersebut juga melaporkan bahwa strategi pengajaran yang diarahkan melalui komputer (CAI) mempunyai hubungan positif terhadap perkembangan intelektual dan pencapaian prestasi. Strategi tersebut dapat menjadi pilihan dalam pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa dapat mengatur cara belajarnya secara mandiri.
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004).
Penelitian tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:
Dengan menggunakan konteks yang relevan seperti masalah klinik yang dipahami oleh mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus meningkatkan prestasi akademisnya.
Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong siswa untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk menghapal.
Artikel di atas menyatakan bahwa pertanyaan diberikan setelah memperoleh kuliah pendahuluan konsep dasar dari ilmu dasar yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan telah disusun oleh dosen dengan konsep yang jelas sehingga tidak memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menentukan informasi yang diperlukan untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan salah satu karakter seorang yang berpikir kritis adalah self regulatory, sehingga pengajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan strategi lain agar mahasiswa dapat menentukan informasi secara mandiri. Artikel tersebut juga tidak menjelaskan bagaimana proses diskusi yang dilakukan pada kelas besar, sehingga setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang diberikan. Penulis beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide sebagai salah satu sumber belajar ketika mahasiswa dalam belajar mandiri pada strategi Problem Based Learning.
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.
Evaluasi kemampuan berpikir kritis
Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom1,3. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi kognitif, serta sikap.
Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman, dan logikal2. Dia juga membandingkan dengan inventory yang sudah ada seperti California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi ketrampilan berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk mengevaluasi sikap berpikir kritis2.
Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan (evaluasi proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya akademik dalam kelas dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan secara sistematis baik oleh dosen maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr and Klein, 19914. Penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat menggunakan berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau mendorong kemampuan berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.
Kesimpulan
Strategi pengajaran yang mendorong mahasiswa berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran dapat menggunakan berbagai strategi pengajaran yang menggunakan pendekatan di bawah ini:
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran Kontekstual
Menggunakan pendekatan higher order thinking
Self directed learning
Kombinasi dari berbagai strategi di lebih dianjurkan oleh karena dapat mencapai berbagai aspek dari komponen berpikir kritis. Teknologi pengajaran yang menerapkan kombinasi dari berbagai strategi yang ada saat ini misalnya Problem Based Learning (PBL). Fakultas Kedokteran perlu mengembangkan strategi pengajaran tersebut dalam pengajaran agar mahasiswa dapat belajar materi kedokteran melalui proses berpikir kritis. Dengan demikian mahasiswa dapat memberi makna yang lebih dalam (bukan sekedar mendapat materi yang dalam) dari materi yang dipelajari. Pemahaman terhadap makna pokok bahasan yang dipelajari mempunyai hubungan dengan kemampuan clinical reasoning sebagai kompetensi seorang dokter.

]

1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai/ ada jalan keluarnya.2. Menghadapi semua hal, tdk boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tdk mampu", "saya tdk bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.
3. Sudah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tdk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jgn melakukan kejahatan. Dan jgn berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!8. Kesehatan asalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek oleh orang yg mendengarkannya.12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan budi orang2 yang telah membantu kita.14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tdk berguna dengan siapapun juga.16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk blh berputus asa.17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi fisik. Semua orang itu SAMA!!!

BERPIKIR ILMIAH
A. Pendahuluan
Masa belajar di perguruan tinggi adalah masa yang penting bagi pengembangan nilai kepribadian. Anda akan ditantang menghadapi gagasan-gagasan dan filosofi baru. Anda akan membuat keputusan-keputusan pribadi dan karir yang akan mempengaruhi hidupnya. Salah satu pelajaran terpenting yang akan diperoleh di perguruan tinggi adalah mengatur waktu antara bekerja, belajar dan bersantai. Bila anda mampu mengembangkan manajemen waktu dan kemampuan belajar yang baik di awal masa perkuliahan, maka tahun-tahun perkuliahan berikutnya akan dijalani dengan sukses.
Belajar menguasai materi suatu kuliah tentu saja penting, namun mempelajari cara belajar dan berpikir yang kritis, dalam beberapa hal, jauh lebih penting. Seperti usaha-usaha lainnya dalam kehidupan, upaya untuk berpikir kritis dan belajar efesien pada awalnya membutuhkan usaha dan waktu tambahan, tetapi ketika telah dikuasai, kemampuan-kemampuan tersebut akan menghemat banyak waktu anda di masa depan.
Banyak fakta yang menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang sukses secara akademis juga merupakan mahasiswa-mahasiswa yang sangat sibuk. Karena mereka memiliki banyak pekerjaan atau aktivitas ekstra-kurikuler, mereka harus dan mampu mengatur waktu secara efektif dan belajar efesien.
Salah satu kunci utama untuk sukses dalam belajar di perguruan tinggi adalah menghindari menunda-nunda pekerjaan.. Dengan menentukan tujuan-tujuan yang jelas dan spesifik serta bekerja mencapainya dalam keteraturan, anda akan mampu mengurangi keinginan untuk menunda-nunda tersebut.

B. Beberapa pengertian
Menurut Pourwadarminta (1976):
Pikir : akal budi, pendapat
Berpikir: menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan dsb. sesuatu.
Cerdas: sempurna perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran dsb)
Cerdik: lekas mengerti dan pandai mencari akal; pintar; berakal; panjang akal.
Licik: banyak akal yang buruk. Kelicikan: kepandaian memutar balik perkataan.
Kritis: berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan
Ilmiah: bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan

Jadi definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Berpikir cerdik adalah menggunakan akal budi agar cepat mengerti suatu permasalahan yang sedang dihadapi dan mampu memberikan solusinya secara cepat dan tepat.
Berpikir kritis adalah menggunakan akal budi untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati. Berpikir kritis didefinisikan sebagai ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan dan tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya.
Berpikir cerdik, kritis dan ilmiah adalah cara berpikir dengan menggunakan prinsip-prinsip logis, hati-hati, cepat dan tepat untuk menelaah suatu pernyataan atau permasahan, serta memberikan solusi yang cepat dan tepat.
Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa sangsi (atau keyakinan) terhadap sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memerlukan pemecahan dan untuk itu dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang tepat. Berpikir mengandung 2 unsur penting yaitu unsur logis dan unsure analitik.

C. Mengembangkan kemampuan berpikir cerdik
Berpikir cerdik berbeda dengan berpikir licik. Berpikir cerdik berarti kita menggunakan akal budi untuk mendapatkan cara-cara yang baik untuk mengatasi suatu permasalahan. Berbeda dengan berpikir licik yang berusaha menggunakan akalnya untuk mencari cara yang buruk untuk memutarbalikkan fakta. Memang, kadangkala amat sulit membedakan antara berpikir cerdik dan licik.
Simak ceritera “Si Kancil”
Ketika si Kancil tertangkap petani dan dikurung dalam “kurungan” ia tidak panik. Ia sadar bahwa ia akan di sembelih untuk santapan “sang Petani”. Ia kemudian berpikir bagaimana caranya melepaskan diri. Ia kemudian melihat kurungan dan menyimpulkan bahwa ia tidak mungkin mampu membuka kurungan. Apa akal? Selagi ia berpikir datanglah seorang anjing. Pada saat itu terlintaslah sebuah ide.
“Ngapain kau kancil”, tanya anjing.
“Aku mau dijadikan mantu oleh pak Tani”, jawab si Kancil.
“Enak ya kamu Cil”, si Anjing iri.
“Kamu mau dijadikan mantu?”, si Kancil memancing.
“Mau!”, jawab anjing.
“Kalau begitu, kau masuk ke dalam kurungan ini”, kata si Kancil.
“Okey”, kata anjing dengan gembira.
Simak pula ceritera Abunawas berikut ini.
Baginda Raya Harun Al Rasyid memanggil Abunawas untuk meminta nasehat karena ia sudah sebulan tidak berselera makan. Abunawas berpikir sejenak.
“Baginda, hamba punya saran. Di hutan Tutupan, ada kijang berbulu putih yang dagingnya sangat lezat. Baginda pasti sembuh. Syaratnya Baginda harus menangkapnya sendiri”, kata Abunawas.
“Baik, besok kita berangkat”, kata Baginda
Merekapun pergi berburu melalui jalan yang rumit. Baginda tampak lelah, haus dan lapar. Abunawas kemudian pergi memancing dan mendapatkan beberapa ekor ikan yang kemudian diberi garam dan asam serta memanggangnya. Bau harum semakin membuat baginda lapar.
“Mari kita makan, Baginda”, ajak Abunawas.
“Baik”, Baginda sangat berselera, dan memakan habis ikan tersebut.
“Belum pernah aku memakan masakan selezat ini”. Mari kita lanjutkan berburunya”, ajak Baginda.
“Maaf Baginda kijang itu tidak ada”, jawab Abunawas.
“Lalu bagaimana dengan kesembuhan saya”, tanya Baginda.
“Baginda telah sembuh dari penyakit baginda”, jawab Abunawas.

Dari ceritera itu, dapat kita baca bahwa si Kancil berusaha menggunakan akal pikirannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ia berhasil menemukan ide dengan cepat meskipun ia harus mengorbankan pihak lain. Cerdik atau licik?
Berbeda dengan ceritera kedua dimana Abunawas dalam waktu yang singkat mampu mencarikan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh Baginda. Meskipun ceritera itu agak konyol, dapat dinyatakan bahwa Abunawar mampu berpikir cerdik. Memecahkan masalah dengan tepat dalam waktu yang cepat.
C.1. Strategi berpikir cerdik
Ada 8 strategi yang dapat mendorong cara berpikir anda lebih produktif untuk memecahkan masalah:
Lihatlah persoalan anda dengan berbagai cara yang berbeda dan cari perspektif baru yang belum perbah dipakai oleh orang lain (atau belum diterbitkan).
Bayangkan
Hasilkan! Karakteristik anak jenius yang membedakan adalah produktivitas.
Buat kombinasi-kombinasi baru. Kombinasikan, dan kombinasikan ulang ide-ide, bayangan-bayangan dan pikiran-pikiran ke dalam kombinasi yang berbeda, tidak peduli akan keanehan atau ketidakwajaran.
Bentuklah hubungan-hubungan; buatlah hubungan antara persoalan-persoalan yang berbeda.
Berpikir secara berlawanan
Berpikir secara metafora
Persiapkan diri anda untuk menghadapi kesempatan.

D. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
Hanya sedikit hal dalam hidup ini yang berupa hitam dan putih. Sehingga sangat penting untuk mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sisi hingga mampu mencapai kesimpulan yang logis. Salah satu hal penting yang akan anda pelajari di perguruan tinggi adalah berpikir kritis dan tidak menerima apa yang anda lihat dan dengar secara seketika. Berpikir kritis sangat penting dalam mempelajari materi baru dan mengaitkannya dengan apa yang telah anda ketahui. Meskipun anda tidak mengetahui semuanya, anda dapat belajar untuk bertanya secara efektif dan mencapai kesimpulan yang konsisten dengan fakta.
· Ketika anda menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru, pastikan anda memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.
· Pelajari bagaimana fakta atau informasi diperoleh. Apakah diperoleh dari percobaan, apakah percobaan tersebut dilakukan dengan baik dan bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi?
· Jangan terima semua pernyataan pada secara seketika. Apakah sumber informasi tersebut dapat dipercaya?
· Pertimbangkan apakah kesimpulan mengikuti fakta? Bila fakta tidak mendukung kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan kenapa demikian. Apakah argumen yang dipergunakan logis atau mengambang?
· Terbuka terhadap gagasan baru. Contoh terkenal adalah teori tektonik lempeng. Meskipun prinsip-prinsip dasarnya telah diketahui pada awal abad 20, namun teori tersebut baru diterima kalangan luas setelah tahun 1970-an setelah bukti-bukti yang berlimpah.
Lihatlah pada gambaran yang besar untuk menentukan bagaimana berbagai unsur dalam topik tersebut dihubungkan. Sebagai contoh, bagaimana pembangunan sebuah bendungan akan mempengaruhi bentuk sungai? Apa yang akan terjadi pada pantai di mana sungai tersebut bermuara? Salah satu pelajaran yang sangat penting (yang juga membedakan geologi dengan ilmu lainnya) adalah bagaimana saling keterkaitan dan ketergantungan berbagai sistem di Bumi ini. Ketika anda mengubah salah satu, anda akan mengubah berbagai hal lainnya pula.

C.1. Karakteristik pemikir kritis
- jujur terhadap diri sendiri
- melawan manupulasi
- mengatasi kebingungan (confusion)
- mereka selalu bertanya
- mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti
- mereka mencari hubungan antar topik
- mereka bebas secara intelektual

C.2. Strategi untuk membaca secara kritis
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri anda sendiri:
- Apa topiknya?
- Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
- Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang yang dapat dipercaya?
- Apakah pengarang menggunakan fakta atau opini?
- Apakah pengarang menggunakan kata-kata netral atau emosional?

E. Mengembangkan berpikir ilmiah
Sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi (terutama di perguruan tinggi) pelajar itu diajar agar berpikir ilmiah, yaitu berpikir logis-empiris. Di perguruan tinggi, sebelum mahasiswa mengadakan penelitian untuk menulis skripsi atau tugas akhir, mereka belajar Metodologi Riset, di situ mereka pasti diajari metode ilmiah (scientific method). Rumus metode ilmiah ialah logico-hypotetico-verificatif. Artinya, sesuatu yang benar itu haruslah logis dan didukung data empiris. Metode ilmiah inilah yang merupakan grand theory yang darinya diturunkan metode-meatode penelitian. Rumus logico-hypotetico-verifikatif adalah tulang punggung teori penelitian ilmiah, sedangkan penelitian ilmiah itu adalah cara yang sah dalam memperoleh kebenaran ilmiah.

E.1. Metode ilmiah
Kerja memecahkan masalah akan sangat berbeda antara seorang sarjana dengan seorang awam. Seorang sarjana selalu menempatkan logika serta menghindarkan diri dari pertimbangan subyektif. Sebaliknya bagi orang awam, kerja memecahkan masalah dilandasi oleh campuran pandangan perorangan ataupun dengan apa yang dianggap masuk akal oleh banyak orang.
Dalam menelaah, seorang sarjana dapat saja mempunyai teknik, pendekatan ataupun cara yang berbeda dengan seorang ilmuwah lainnya. Tetapi kedua sarjana tersebut tetap mempunyai satu falsafah yang sama dalam memecahkan masalah, yaitu menggunakan metode ilmiah.
Dapat didefinisikan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Metode ilmiah dalam menelaah atau meneliti mempunyai criteria serta langkah-langkah tertentu dalam bekerja, seperti tertera dalam skema di bawah ini.

Metode Ilmiah

Kriteria
Langkah-langkah

Berdasarkan fakta.
Bebas dari prasangka
menggunakan prinsip-prinsip analisis
menggunaksn hipotesis
menggunakan ukuran obyektif
menggunakan teknik kuantifikasi
memilih dan mendefinisikan masalah
surevi terhadap data yang tersedia
memformulasikan hipotesis
membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menguji hipotesis
mengumpulkan data primer
mengolah, menganalisis serta membuat interpretasi.
membuat generalisasi dan kesimpulan

Sistematika dalam metode ilmiah sesungguhnya merupakan manifestasi dari alur berpikir yang dipergunakan untuk menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir dalam metode ilmiah memberi pedoman kepada para ilmuwan dalam memecahkan persoalan menurut integritas berpikir deduksi dan induksi.
E.2. Pola berpikir induktif dan deduktif
Pada hakekatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir secara rasionalisme dan empirisme, karena kebenaran dengan cara berpikir ini bersifat relatif atau tidak mutlak. Oleh karena itu, seorang sarjana atau ilmuwan haruslah bersifat rendah hati dan mengakui adanya kebenaran mutlak yang tidak bisa dijangkau oleh cara berpikir ilmiah.
Induksi merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Sementara deduktif merupakan cara berpikir yang berpangkal dari pernyataan umum, dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Contoh induktif
Contoh 1.
Proposisi 1: Si A “titip tanda tangan daftar hadir” pada si C agar memenuhi syarat kehadiran kuliah 75% untuk dapat mengikuti ujian.
Proposisi 2: Karyawan X nampak bekerja giat pada saat mandornya mengawasinya, tetapi jika tidak diawasi ia santai saja.
Proposisi 3: Dosen Q “titip” mencetakkan kartu hadirnya ke dalam time recorder agar tidak ketahuan kalau datangnya tidak pagi dan pulangnya belum siang.
Proposisi 4: Pada saat rapat Kepala Bagian, K tidak pernah mengajukan keberatan-keberatan karena takut dianggap pembangkang dan tidak loyal.
Kesimpulan: Sikap munafik (hipokrit) terjadi karena ketakutan akan sangsi.

Contoh 2.
Proposisi 1: Si T selalu mengikuti kuliah karena menganggap kuliah yang diberikan dosen itu menarik dan amat penting isinya.
Proposisi 2: Si U selalu hadir mengikuti penataran walaupun ia menganggap isinya tidak berguna baginya, karena penataran itu menjadi salah-satu syarat bagi kenaikan pangkatnya.
Proposisi 3: Si Z selalu mengikuti kuliah Pak Q karena ia takut jika tidak hadir akan merusakkan hubungannya dengan keponakan Pak Q
Kesimpula 1: Kesediaan mengikuti kegiatan pendidikan tergantung pada persepsi mengenai manfaatnya.
Kesimpulan 2: Motif orang mengikuti kegiatan pendidikan tidak selalu sama.

Kesimpulan-kesimpulan di atas bisa ditingkatkan menjadi teori:
Teori 1: Kemunafikan terjadi karena sikap otoriter atasan.
Teori 2: Kesediaan melakukan sesuatu dipengaruhi oleh persepsi mengenai manfaat sesuatu.
Teori 3: Motivasi orang melakukan sesuatu tidak selalu sama.
Jika ketiga teori itu dipadukan, akan menjadi kesimpulan yang bunyinya: “Perilaku seseorang tergantung pada situasi, persepsi dan motivasi.
Contoh deduktif
Contoh 1.
Proposisi 1: Perilaku merupakan fungsi motif (teori: asumsi)
Proposisi 2: Banyak mahasiswa tidak mau aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. (perilaku: gejala empirik).
Kesimpulan: Ada motif mengapa mahasiswa tidak mau aktif dalam organisasi kemahasiswaan.
Cohtoh 2.
Proposisi 1: Peran serta bergantung pada iklim demokrasi.
Proposisi 2: Peran guru-guru dalam kegiatan administrasi pendidikan sangat tinggi.
Kesimpulan: Atasan para guru bersikap demokratik.
Contoh mendedusi yang salah
Proposisi 1: Manusia merupakan makhluk social yang suka hidup berkelompok dan ada pemimpin di dalamnya.
Preposisi 2: Semut suka hidup berkelompok dan di dalamnya ada pemimpinnya.
Kesimpulan: Manusia itu tergolong semut.

Kesimpulan
Sebagai seorang sarjana atau ilmuwan, kita dituntut berpikir cerdik, kritis dan ilmiah dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup. Namun sebagai seorang sarjana kita juga dituntut untuk mempunyai sifat rendah hati, karena kebenaran yang diperoleh melalui proses berpikir tersebut bersifat relatif.

BERPIKIR SISTEM
Cara berpikir mempengaruhi tindakan manusia sehari-hari. Russell L. Ackoff, seorang filsuf, berpendapat bahwa ada dua ide utama yang mendasari cara berpikir ilmiah tradisional.
How we think influences human's behaviour everyday. Russell L. Ackoff, a philosopher, thinks that traditionally scientific system thinkings are based on two main ideas.
Ide pertama didasarkan pada pemahaman bahwa semua fenomena dapat diterangkan dengan menggunakan hubungan sebab-akibat yang menyatakan bahwa setiap hal mempunyai penyebab jika penyebab tersebut perlu dan cukup. Cara berpikir ini tidaklah memadai sebab seringkali mustahil bagi kita untuk dapat menemukan hubungan sebab-akibat satu demi satu antar komponen dalam sistem.
First idea is based on understanding about every phenomenon can be explained with cause-effect corelation which says that every thing has a cause if the cause is necessary and sufficient. This system thinking is not enough, because it's often impossible for us to find the cause-effect corelation for every component in the system.
Ide kedua disebut reduksionis yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia (serta setiap pengalaman tentang dunia) dapat direduksi, didekomposisi, didisasembli, atau dibagi-bagi sehingga diperoleh bagian yang tak dapat lagi dibagi-bagi. Penyelesaian masalah dari setiap bagian ini dianggap dapat menyelesaikan keseluruhan masalah.
Second idea called reductionist which stated that everything in this world (and every experience about the world) can be reduced, decomposed, disassemblied or divided until it becomes parts that can't be divided anymore. The problem solution for every part is assumed to be able to solve the whole problem.
Coba kita lihat contoh cara berpikir ilmiah reduksionis secara agak ekstrim:
Let's see some examples which are rather extreme:
Seorang ayah mengidap penyakit diabetes dan lever (hati). Untuk memecahkan masalah ini, sang anak membagi masalah ini ke dalam dua bagian, yaitu sakit diabetes dan sakit lever. Suatu hari sang anak membawa sang ayah ke dokter ahli penyakit diabetes untuk mengatasi masalah pertama. Keesokan harinya ke dokter ahli penyakit lever untuk mengatasi masalah kedua. Kedua dokter tentu memberi obat yang berbeda, dokter ahli diabetes memberi obat untuk menurunkan kadar gula dalam darah sedangkan dokter ahli lever memberi obat untuk menaikkan kadar gula agar lever dapat berfungsi kembali.Pada masalah ini, kesalahan ada pada semua pihak, mengapa baik anak maupun orangtuanya tidak memberitahu tiap dokter bahwa ayahnya mempunyai penyakit lain dan mengapa sang dokter tidak menanyakan obat apa yang sedang dikonsumsi oleh sang ayah. Mungkin itulah akibat cara berpikir reduksionis.
A father has problems with diabetes and liver. To solve this problem, his son divide this problem into two parts, which is diabetes and liver. One day, his son took him to a doctor to cure his diabetes to solve the first part (the first problem). Another day, his son took him to another doctor to cure his liver to solve the second part (the second problem). Both doctors surely gave different presriptions. The diabetes doctor gave him medicines to lower glucose level in his blood, another doctor gave him other medicines to increase glucose level in his blood so his liver can work again.In this problem, mistakes was done by all parties, why both the son and the father did not tell the doctors about the father's whole problem and why the doctor did not ask what medicines is being consumed by the father. Maybe that's the result of reductionist system thinking.
Ketika kita mengerjakan soal ujian esai, mungkin setiap soalnya terdiri dari beberapa pertanyaan, lebih baik jika kita membaca semua pertanyaan yang berkaitan dengan soal tersebut terlebih dulu sebelum kita mengerjakannya, karena seringkali ketika kita mengerjakan soal tersebut satu per satu, ketika kita melangkah ke soal berikutnya mungkin kita baru benar-benar mengerti apa yang diminta penguji / pembuat soal.
When we do an essay test, a problem may not consist only one question, there may be some questions, it's better if we read the all questions that are related to the question first then answer the questions, because it often happens when we answer the question one by one, when we do the next question, that time we may just really understand what the examiners want.
Ini adalah contoh yang lebih umum, ketika kita menterjemahkan kalimat antar bahasa, jika kita artikan kata-katanya satu per satu tanpa melihat konteks kalimatnya, kemudian menyatukannya, hasil terjemahannya bukan tidak mungkin jadi aneh. contoh:Inggris - Indonesia : My grandfather are going to dance with her grandmother in a ballroom. Milik saya (My) besar ayah (grandfather) adalah (are) going (pergi) ke (to) dansa (dance) dalam (in) a (sebuah) bola ruang (ballroom).
This is a more common example, when we translate sentences from one language to another, if we translate the word one by one without seeing the sentence context, then assembling it, the result is not impossibly becoming weird.
Sepasang suami-istri hidup di negara dengan empat musim. Suatu ketika, musim dingin tiba. Kemajuan teknologi telah mendukung terciptanya selimut pemanas yang bisa diatur suhunya. Pasutri (pasangan suami istri) tersebut pun membeli satu selimut tersebut untuk mereka berdua. Selimut ini memang didisain untuk pasangan suami istri. Keunggulan selimut listrik ini, temperatur suhu selimut bagian kanan dan kiri bisa diatur oleh masing-masing penggunanya (jadi suhu selimut sebelah kanan mungkin berbeda dengan suhu selimut sebelah kiri). Suatu saat Sang suami tidur bersama istrinya. Di malam hari, sang suami merasa agak kedinginan, lalu dia berpikir, "Ah, pasti istri saya kedinginan.", karena cintanya pada sang istri, dia pun menaikkan suhu selimut istrinya. Tak lama kemudian, sang suami pun tertidur. Istri sang suami merasa agak kepanasan, dia pun berpikir, "Ah, suami saya pasti kepanasan." Karena cintanya pada sang suami, sang istri pun menurunkan suhu selimut suaminya. Akhirnya... mungkin saja sang istri mati kepanasan, sedangkan sang suami mati kedinginan.
I watched a movie about an otaku. He loves a girl. But one day, his friends ask him to see an exebition called "Comixet". He told the girl that he has to work but actually he came to see the exebition, having fun with his friends in his otaku dress. But, suddenly he met the girl, the girl saw him in his otaku dress then she told him not to meet her again. He think it is his fault that he is an otaku. He throw away all his toys; gundams, models, comics, etc. Then he told the girl that he has left his otaku behaviour, but the girl still can't forgive him. Actually, he is an otaku, that is not a problem, the main problem is his small lie. How the story continues... watch "Densha Otoko"!
Nah, itulah mengapa sistem berpikir seperti itu dianggap kuno. Jaman sekarang ini, kedua ide tersebut mungkin tidak tepat lagi untuk diterapkan karena banyak masalah tidak dapat dipecahkan dengan kedua ide tersebut, ide yang tepat adalah dengan cara berpikir sistem, jadi kita memikirkan penyelesaian untuk keseluruhan masalah sekaligus, bukan per bagiannya.
So, that's why that kind of system thinking is considered left behind. In the present times, when we have a problem, we should not think like our ancestor did, because many problems may not be possible to be solved by those two, the better idea is thinking with "system thinking", so we think to get a solution for the whole problem, not by its parts.

by: MR.Jekson Sitorus, S.T, MM