Wednesday, June 30, 2010


Karakter Seorang Pemimpin HR Department
HR Department atau yang juga sering disebut Departemen Sumber Daya Manusia adalah bagian tak terpisahkan di dalam sebuah perusahaan. Hampir semua perusahaan memiliki HRD atau divisi yang memiliki fungsi yang serupa. HRD adalah salah satu departemen yang memberi support untuk mengelola sumber daya manusia sebuah organisasi.
Di tangan HRD terletak power dan tanggung jawab untuk mengenali sumber daya manusia yang sesuai, lalu menseleksi kelayakan mereka sebelum bergabung dan ditempatkan di posisi yang sesuai dalam perusahaan. Dengan kata lain, mereka memegang tanggung jawab untuk merekrut dan menseleksi.
Seiring dengan dinamika perkembangan dunia kerja dan organisasi, tidak dipungkiri HRD memiliki tanggung jawab yang makin luas dalam mendukung kelangsungan operasional perusahaan. Tidak hanya sekedar bertugas untuk menyeleksi calon karyawan saja, melainkan sampai dengan merumuskan konsep dan strategi untuk meningkatkan kualitas karyawan, mengembangkan dam mengelola administrasi HR dengan membuat peraturan, kebijakan dan prosedur, appraisal serta tugas administratif lainnya. Lalu tugas yang tidak kalah pentingnya adalah yang mengelola prosedural gaji dan benefit serta hubungan antar karyawan.
Semakin kompleksnya tanggung jawab divisi ini disebabkan karena perusahaan semakin memberikan perhatian bagi peningkatan kualitas, moral dan kepuasan bekerja karyawan mereka. Faktor-faktor tersebut diatas sangat mempengaruhi performa kerja karyawan yang mau tidak mau berimbas pada produktifitas perusahaan.
Penting dan kompleksnya tanggung jawab dalam divisi ini memunculkan pertanyaan seperti apa professional yang kompeten dan tepat untuk memimpin divisi ini? Kualitas apa yang sebaiknya dimiliki seorang manager HRD?
Seringkali ada argumentasi mengenai pribadi yang paling tepat untuk memimpin HRD. Beberapa kalangan lebih memilih untuk menempatkan seorang professional yang telah memang tumbuh dengan latar belakang di bidang HR dengan alasan bahwa mereka lebih mengenali bidang ini secara keseluruhan. Namun ada pula kalangan yang memandang bahwa professional yang pernah bekerja di operasional perusahaan adalah orang yang tepat karena aspek operasional yang dimiliknya bisa menjadi jembatan antara HRD dengan departemen lainnya dalam perusahaan. Dengan kata lain akan lebih mudah dan bijaksana untuk menerapkan kebijakan HR bila mengenali kepentingan, kebutuhan dan culture dari departemen lain.
Terlepas dari pribadi yang paling tepat untuk memimpin HRD, ada beberapa karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang manager HRD. Nadler dan Wiggs (1986) mengidentifikasikan beberapa karakter utama tersebut.
Seorang HRD manager harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan aktifitas-aktifitas yang mendukung perkembangan karyawan. Seperti training atau pelatihan yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
HRD manager juga harus mampu menyusun prioritas aktifitas departmentnya untuk 1 – 3 tahun ke depan, dengan membaca situasi dan trend yang berlaku.
Kemampuan untuk mengenali struktur organisasi apa yang paling pantas bagi HRD perusahaan tertentu juga kemampuan yang dirasakan penting.
Kemampuan komunikasi yang efektif juga sangat krusial dalam mengelola staff dan berkomunikasi dengan para pemimpin.
HRD manager juga diharapkan bisa untuk mengenali dan mengembangkan sistem informasi yang tepat bagi departemennya.
Kemampuan untuk mengembangkan deskripsi pekerjaan yang berorientasi pada misi perusahaan. Hal itu sebaiknya juga didukung dengan kemampuan untuk mengembangkan pelatihan, pengembangan dan pendidikan yang bertujuan untuk membuat staff nya berkembang.
Memberikan contoh nyata dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Bila seorang HRD manager mengajarkan pentingnya partisipasi dan kepemimpinan yang terbuka, ia harus mempraktekkan hal tersebut dalam kepemimpinannya sehari-hari.
Seorang HRD manager juga harus kompeten secara teknis, praktikal dan berorientasi pada aplikasi.
HRD manager juga harus memiliki kemampuan untuk membangun kepercayaan diri para stafnya dengan memberikan mereka kesempatan untuk jadi bagian dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar. Hal ini berkaitan erat dengan delegasi tugas dan tanggung jawab.

Mencetak Manusia Berkarakter
Oleh Indira Permanasari
Sudah 150 tahun usia sekolah Santa Ursula di Jalan Pos, Jakarta. Ribuan murid silih berganti memasuki bangunan bergaya kolonial itu. Mulai dari saat anak masih datang ke sekolah menumpang kuda, seperti dalam foto tua yang ditunjukkan Kepala SMA Santa Ursula Moekti K Gondosasmito OSU, MEd, hingga kini menumpang kendaraan roda empat.
Sejumlah fasilitas juga berubah demi menyesuaikan kehendak zaman. Akan tetapi, satu hal yang tidak banyak berubah, yaitu roh pendidikan membangun manusia seutuhnya, baik intelektualitas, karakter, maupun kepekaan sosial.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono yang menempuh pendidikan menengah pertama dan atas di sana pada pertengahan tahun 1960-an pernah merasakan didikan para suster.
”Saya mendapatkan perlakuan yang sama dengan anak lain. Ikut kerja bakti bersama anak- anak lain dan kalau salah ya disetrap. Saya paling ingat kebagian kerja bakti menggosok WC di samping kantor kepala sekolah dan menimba air di sumur,” kenangnya.
Dia juga menikmati cara para guru mengajar di sana. Bagaimana para guru menularkan semangat belajar dan bekerja keras. Saat belajar ilmu falak, misalnya, Meutia ingat mendapat pekerjaan rumah tentang matahari. Selama satu minggu murid wajib berdiri di satu titik dan mengamati matahari terbit.
”Setiap pukul enam pagi teng, saya mengamati pergeseran matahari dan menggambarkan posisinya,” ujarnya. Pentingnya ilmu, disiplin, kerja keras, dan budi pekerti menjadi pengalaman yang terekam di benaknya.
Didirikan suster Ursulin
Sekolah Santa Ursula di Jalan Pos didirikan tahun 1859 oleh para suster Ursulin di Indonesia. Ordo Santa Ursula mulai berkarya di Indonesia pada tahun 1856. Di Indonesia terdapat sekitar 15 yayasan di bawah Ursulin Indonesia yang menaungi sekolah-sekolah dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas di Jawa dan luar Jawa.
Salah satunya adalah sekolah Santa Ursula di Jalan Pos yang menyelenggarakan pendidikan dari TK hingga SMA. Saat ini terdapat sekitar 5.000 anak menempuh pendidikan di sana.
Kedisiplinan dan prinsip egaliter termasuk kenangan yang membekas di benak Renata Arianingtyas, alumnus Santa Ursula angkatan 1990.
”Murid dan guru yang tidak masuk sekolah harus membawa surat izin dan lapor langsung ke suster kepala sekolah. Murid dan guru berbaris mengantre bersama-sama laporan ke suster. Kejujuran menjadi penting,” ujar Renata, alumnus sekaligus Program Manajer untuk Human Right, Citizenship, dan Equality Yayasan Tifa.
Soal disiplin itu masih berlaku sampai sekarang. ”Ada yang bilang sekolah Santa Ursula itu seperti di penjara dengan seragam kotak-kotak hijau. Namun, kita enggak merasa begitu kok. Kita diberikan kebebasan berpikir dan berekspresi,” ujar Dita, salah seorang murid kelas III SMP Santa Ursula.
Urusan kedisiplinan jangan dianggap main-main di sekolah itu. Rok tidak boleh naik di atas lutut dan kaus kaki tidak boleh menutupi betis. Dilarang makan dan minum di dalam kelas. Pengumpulan tugas tepat waktu. Selalu mengenakan seragam di lingkungan sekolah. Tepat waktu datang ke sekolah. Dilarang mencontek atau keluar dari sekolah. Buanglah sampah pada tempatnya, dipisahkan antara sampah organik dan nonorganik. Itu hanya sebagian ”aturan main”.
Kepekaan sosial
Di sekolah itu pula, para lulusannya diasah kepekaan sosialnya. Renata masih mengingat bagaimana suster berani mengambil jam pelajaran dua hingga tiga minggu untuk retret dan live-in atau tinggal bersama warga di komunitas tertentu yang berbeda dari keseharian para murid. Lewat kegiatan tersebut, mereka juga dibiasakan berpikir kritis.
”Biasanya mendekati akhir tahun ajaran di kelas III anak- anak sekolah lain sedang sibuk drilling mempersiapkan ujian akhir, tetapi kami malah pergi ke desa dan merasakan tinggal bersama warga. Anak Sanur (Santa Ursula) banyak yang berasal dari kelas menengah dan atas. Lewat pengalaman tersebut, siswa belajar bahwa ada realitas yang berbeda,” ujarnya.
Asahan kepekaan sosial tersebut juga dirasakan presenter sekaligus Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV Rosiana Silalahi. Pada masanya, Rosiana termasuk tim pengajar anak-anak miskin di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Dia juga masih mengingat setiap tanggal 17 setiap bulannya sekolah mewajibkan mereka menggunakan transportasi umum.
”Tidak boleh naik taksi. Harus transportasi umum seperti bus, bemo, atau bajaj,” ujar Rosiana.
Dalam bukunya, Catatan Seorang Pendidik; Fikir, Suster Francesco Marianti, OSU yang 25 tahun memimpin SMA Santa Ursula, menegaskan bahwa pendidikan meliputi seluruh aspek dalam diri manusia. Aspek intelektualitas, keterampilan, kepribadian, dan kepekaan sosial diberi peluang berkembang semaksimal mungkin. Hal tersebut sesuai dengan misi Serviam, yang berarti ”aku mengabdi” tujuan pendidikan membentuk manusia mandiri, berkepribadian utuh, humanis, serta berorientasi pada nilai-nilai luhur.
Kepala SMA Santa Ursula Moekti K Gondosasmito OSU, MEd, mengatakan, metode pengajaran di sekolah Santa Ursula adalah membantu kaum muda agar bertumbuh dengan utuh baik intelektual, karakter, dan kepekaan sosial. Bahasa barunya barang kali komunitas pembelajar yang interaktif, inovatif, dan kreatif.
Intelektualitas dikembangkan melalui pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, dan pemberian tugas agar potensi peserta didik bisa optimal.
Pada akhirnya yang terkenang dari sebuah institusi pendidikan bukan dahsyatnya nilai rapor atau berbagai piala, tetapi nilai-nilai yang dapat mereka pakai dalam kehidupan serta karya di masyarakat.
Ciri-ciri pemimpin berkarakter ya temen-temen…..

”. Sebagai berikut:

1. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Jujur dengan kekuatan diri dan kelemahan dan usaha untuk memperbaikinya.2. Pemimipin harusnya berempati terhadap bawahannya secara tulus.3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya. 4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing dan belajar dari mereka dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya.5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan dalam jabatannya.6. Memiliki rasa kehormatan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya.7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ", kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas.
KARAKTER SEORANG KARYAWAN
Sekali lagi postingan tentang karyawan, maaf bila mungkin pembaca merasa jenuh dengan bahasan ini namun dunia kerja memang tidak bisa lepas dari peranan si pelaku langsung suatu pekerjaan ini. Seorang pengusaha sukses tidak akan disebut orang sebagai seorang yang sukses tanpa dukungan sumber daya yang bernama karyawan. Kita sepakat bahwa dimanapun tempatnya sebenarnya tidak ada istilah karyawan sukses. Seringkali kita mendengar dan melihat fenomena pengusaha sukses namun sangat langka sepertinya ada istilah yang menyebutkan seorang karyawan sukses. Saya sendiri pun bingung mendefinisikan hal tersebut dengan dasar apa penilaian atas karyawan sukses. Namun demikian ada baiknya bila anda perhatikan dan simak beberapa karakteristik berikut yang mungkin bisa dijadikan tolok ukur sebenarnya untuk upaya introspeksi diri. Berikut liputannya.
Karakteristik pertamaJika anda bekerja maka perusahaan merasa diuntungkan dan bila anda tidak ada perusahaan merasa kehilangan, bahkan bisa merugi.Ciri-ciri karyawan tipe ini:* Selalu punya insiatif tindakan untuk mendukung bidang pekerjaannya bahkan berpikir pengaruhnya terhadap divisi yang lain dalam perusahaan tyersebut.* Selalu berpikir global dan melaksanakan sesuai dengan kewenangannya (Think Globally act locally).* Selalu belajar dan meningkatkan kualitas diri untuk mendukung kinerja.* Memberikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru dan segar bagi kemajuan perusahaan.jika anda tipe karyawan seperti ini, anda akan sukses di bidang pekerjaan anda. jika anda tidak cocok dengan bidang pekerjaan yang digeluti sekarang ini, segera diterima ditempat lain anda tetap akan sukses dibidang pekerjaan yang lain.Karakteristik keduajika anda bekerja maka perusahaan senang dan diuntungkan; namun bila anda tidak ada maka perusahaan biasa saja dan tidak dirugikan sama sekali.Ciri-ciri tipe ini:* Karyawan tipe ini bekerja dengan baik dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu.* Bersedia untuk melakukan pekerjaan yang lain apabila diperintah oleh atasannya.Jika anda pada tipe ini, anda akan aman di perusahaan tempat anda bekerja. Bahkan jika ada kesempatan anda mungkin akan dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi.Karakteristik ketigaJika anda bekerja perusahaan sepertinya biasa saja dan jika anda tidak adapun perusahaan seakan biasa saja tidak untung tidak rugiCiri-ciri:* Tipe ini adalah karyawan text book.* Tipe ini juga tipe Yes Sir!* Karyawan ini adalah karyawan entah karena kemampuannya atau karena mentality-nya tidak mau berubah menjadi lebih baik.Jika anda pada tipe ini anda tidak akan mempunyai prestasi khusus. Anda juga akan sulit sekali mendapat promosi jabatan kecuali diperusahaan anda memang tidak ada orang lain lagi. Sebaiknya anda segera menggali potensi dalam diri anda.Karakteristik keempatJika anda bekerja perusahaan terkesan biasa saja, tidak terlalu diuntungkan dan tidak juga merugikan namun bila anda tidak ada maka perusahaan malah akan senang dan diuntungkanCiri-ciri:* Karyawan ini sering ceroboh melakukan pekerjaannya, meskipun tidak sampai mengakibatkan kerusakan fatal* Karyawan ini juga sering lalai dalam menjalankan tugas-tugas meski tidak seluruhnya ada aja hal-hal yang terabaikan.* Karyawan ini juga sering ijin tidak masuk karena berbagai keperluan yang tidak ada hubungan dengan pekerjaannya.* Karyawan ini juga sering meremehkan hal-hal kecil yang bisa mengakibatkan kemunduran kinerja dia sendiriJika anda tipe ini, sangat disayangkan anda sama sekali tidak punya kesempatan untuk menaikkan jenjang karier apabila anda tidak cepat merubah diri.Karakteristik keempatJika anda bekerja maka perusahan sepertinya dirugikan, bilamana anda tidak ada dipastikan perusahaan akan merasa senang dan diuntungkan.Ciri-ciri:* Karyawan akan selalu mengeluh dalam segala hal.* Tidak ada tanggungjawab terhadap pekerjaannya* Selalu menganggap remeh atasannya* Selalu bermasalah dengan rekan karyawan yang laian maupun dengan atasannya.Jika anda tipe karyawan seperti ini, sebaiknya segera instropeksi diri. Sebab gerbang kesuksesan sangat menjauh dari anda. Saat ini perusahaan tempat anda bekerja sedang bersiap-siap untuk memecat anda.
KARAKTER SEORANG PENGUSAHA
Karakter yang harus dimiliki untuk menjadi seorang pengusaha
Bagaimanapun, untuk menjadi entrepreneur, tak cukup memiliki pengetahuan tentang bisnis. Karakter atau jiwa entrepreneur juga sangat dibutuhkan. Karena itu penting sekali mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri Anda sendiri untuk mengetahui seberapa besar karakter entrepreneur Anda1. Berapa besar komitmen Anda ?Seorang entrepreneur sukses memiliki komitmen yang besar terhadap bisnisnya. Mudah dipahami memang, tapi sulit dalam prakteknya. Jika Anda masih berangan-angan memiliki bisnis sendiri dan belum memulainya, barangkali Anda mesti memperkuat komitmen Anda dan siap dengan segala resikonya. Bagaimanapun, tak satupun bisnis di dunia ini yang aman dari resiko. Walau begitu, resiko juga bisa di manajemen bukan?2. Apakah gelas Anda setengah penuh atau setengah kosong?Tidak semua orang optimis adalah entrepreneur, tetapi hampir semua entrepreneur adalah orang-orang optimis. Setiap entrepreneur biasanya memiliki kemampuan melihat kesempatan positif dari suatu tantangan situasi. Tanpa keyakinan optimistis, maka akan sulit memotivasi karyawan, bertahan pada masa-masa sulit dan mengembangkan bisnis.3. Apakah Anda senang membuat keputusan?Keputusan berarti komitmen. Keputusan yang salah bisa mengarah pada masalah dan menghilangkan rasa hormat dari suatu kelompok. Memiliki sebuah bisnis - khususnya yang modalnya tidak besar-berarti harus siap membuat keputusan dengan market research terbatas dan informasi yang kurang lengkap. Nah, kira-kira apakah Anda senang membuat keputusan-keputusan demikian?4. Apakah Anda memiliki uang untuk membuat cita-cita bisnis Anda terwujud?Jangan berhenti dulu dari pekerjaan sehari-hari, sampai Anda memiliki modal yang cukup untuk kelangsungan bisnis. Memenuhi kebutuhan keuangan untuk bisnis tidaklah mudah dan perlu pengorbanan pribadi apakah itu dari tabungan, pinjaman bank, dll-. Anda juga harus siap jika ternyata ada yang tidak berjalan sesuai rencana. Nah, apakah Anda sanggup menyokong kelangsungan business plan agar bisnis Anda tetap bertahan?5. Apakah Anda senang menjual?Dalam bisnis, penjualan adalah bagian alami dari segala pekerjaan bahkan jika mereka tidak pernah bekerja di bidang penjualan sekalipun-. Sebagai seorang entrepreneur, pekerjaan Anda adalah menjual. Menjual produk Anda, visi perusahaan dan diri Anda sendiri. Dan harus melakukan ini setiap hari, dalam setiap waktu. Jika Anda menikmatinya, Anda memang seorang entrepreneur sejati.Jika Anda menjawab YA pada sebagian besar pertanyaan-pertanyaan di atas, berarti Anda memiliki karakter entrepreneur dan siap untuk memiliki bisnis sendiri. Dan mulailah Bisnis Anda disini : Club Bisnis Mudah & MurahTetapi jika sebagian besar jawabannya adalah TIDAK, sebaiknya pertimbangkan untuk menggaet partner bisnis untuk membantu membuat rencana bisnis Anda menjadi kenyataan.

Berubah Untuk Menuju Kebaikan
Pernah lihat binatang koala?
Atau paling tidak, tahu tentu yang namanya koala.
Si koala ini adalah binatang khas dari Australia.Dia tenar sekali disana karena bentuknya memang lucu dan mengemaskan. Coklat gelap warnanya dan wajahnya lugu banget gitu.
Si koala ini punya karakter pemalas. Menurut penelitian (& juga menurut sumber salah seorang teman saya), si koala adalah salah satu binatang paling malas di dunia ini.Konon dia tidur 22 jam dalam sehari!
Huebat ya… Padahal dalam satu hari hanya ada 24 jam, dimana dengan kata lain, ya hanya 2 jam tok si koala bangun dan beraktifitas.
Dia hidup di batang sebuah pohon. Kalau mau makan pun dia malas bergerak dan hanya mau bergeser sedikit untuk mengambil makanan yang sudah tersedia saja di sekitar dia. Bergerak paling banyak dia lakukan hanya kalau sedang melakukan hubungan seks.
Itulah mungkin kenapa si koala kemudian mendapat titel sebagai binatang pemalas.
Ya memang begitulah karakternya… Mana bisa berubah lagi?
Tetapi bagaimana ceritanya kalau dengan karakter seorang manusia?
Apa masih berubah?
Dalam satu bulan belakangan ini saya banyak sekali mendapat kalimat yang sama dari waktu ke waktu terus-menerus, “Ya memang begitu kok karakternya. Mana bisa berubah lagi, Liz”
Dahi saya kok jadi berkerut ya.
Apa iya manusia itu bisa sama disejajarkan seperti seekor koala, yang nota bene masuk ke dalam spesies binatang, dan tidak bisa berubah?
Dahi saya tambah berkerut nih sekarang kayaknya…
Saya yakin tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia.Yang dibutuhkan lagi-lagi hanya seonggok, segepok, segumpal keyakinan dan kemauan. Dan saya yakin semua pasti sudah pernah mendengar kalimat tersebut sebelumnya dalam beragam percakapan, dalam beragam artikel, dalam beragam hal.
Masalahnya sekarang seberapa besar keyakinan dan kemauan kita untuk berubah??Kalau keyakinan dan kemauan itu cukup besar, rasanya tidak ada yang tidak mungkin.
Saya tidak percaya dengan kalimat tadi, ‘Ya sudah karakter. Mana bisa berubah lagi’. Menurut saya itu adalah sebuah alasan yang dangkal sekali.
Karakter pemarah, karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter defensif, karakter pembohong, karakter pembual, karakter egois, karakter kompulsif, karakter penakut, karakter depresif, karakter manipulatif dan beribu-ribu karakter lainnya SEMUA BISA BERUBAH.
Saya berani mempertaruhkan semua milik saya untuk kalimat saya tersebut : semua karakter BISA BERUBAH.Pertanyaannya ‘hanya’lah, mau tidak si manusia itu berubah?Kalau sudah mau berubah, pertanyaan selanjutnya (& yang paling penting) mau tidak dia berjuang untuk berubah????
Perubahan bukan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu satu malam.Saya pun tidak pernah bilang itu akan menjadi hal yang mudah serta cepat dicapai seperti orang makan cabai lalu langsung pedas.
Perubahan itu mungkin perlu dilakukan dengan usaha yang maha gigih sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, setakar demi setakar.
(Saya menyadari hal tersebut dari pengalaman pribadi).
Kebayang sudah berapa puluh tahun mungkin si karakter telah mengendap dan mengalir lancar dalam diri.Kebayang pula sudah berapa puluh tahun kita telah terbiasa menjalankan karakter tersebut.
Seperti kalau misalnya si koala yang juga sudah turun temurun dari nenek moyang begitulah adanya. Hal yang mustahil rasanya untuk merubah si koala.
Tetapi sekali lagi, apa iya kita sama sejajar dengan si koala?Bagaimana kabarnya dengan atribut ‘kemanusiaan’ yang melekat pada manusia seperti otak, kepintaran, intensi dan kemauan bebas?Apa tidak ada gunanya semua untuk menghasilkan keadaan yang lebih baik?
Banyak orang mengatakan ingin berubah dan akan berubah.Tetapi tidak banyak orang yang benar-benar berjuang mewujudkan perubahan itu.
Setiap orang juga tentunya pernah kena teguran, tamparan dan bahkan cacian.Tetapi tidak banyak orang yang bisa belajar dari teguran, tamparan dan cacian tersebut serta menjadikannya sebagai wake up call.
Mungkin dulu pernah ada penelitian atau percobaan yang ingin membuat si koala lebih aktif, lebih gesit dan lebih banyak bergerak (he3x… mungkin lho ya. Siapa tahu memang pernah ada penelitian atau percobaan itu).
Namun tampaknya tidak sukses tuh karena si koala tetap lah si koala.
Lalu bagaimana dengan kita?
Apakah kita tetaplah kita yang sama dablek-nya dengan si koala???
Atau kita masih bisa menggunakan atribut ‘kemanusiaan’ kita untuk berjuang dan berubah menghasilkan keadaan yang lebih baik?
Saya yakin kita bisa.
Saya pribadi berharap Yang Diatas terus membimbing saya (& kita semua) untuk menggunakan atribut ‘kemanusiaan’ yang ada dengan bijak.
SIFAT dan WATAK itu identik yang berbeda adalah dengan KEPRIBADIAN. Sifat dan Watak itu bisa dirubah tergantung bagaimana pribadi tersebut mau merubah atau tidak. Lahirnya watak atau sifat bermula dari PIKIRAN. Contoh: seseorang berpikiran kalau dia itu orangnya tidak sabaran maka dalam setiap hal dia merasa kalau dia itu orang yang tidak sabaran. Lama kelamaan pikiran dan perasaan tidak sabaran tersebut menjadi KEBIASAAN. Setelah menjadi kebiasaan akhirnya berkembang menjadi SIFAT atau WATAK orang tersebut. Jadi setiap saat menghadapi hal tertentu tanpa disadari watak tidak sabaran itu akan keluar dengan sendirinya.Ada seorang AYAH yang dengan bangga bilang kalau dia itu memang wataknya adalah seorang ayah yang PEMARAH dan GAMPANG TERSINGGUNG. Terus terang saya jadi kasihan sama orang tersebut, apakah hidupnya pernah bahagia? Seumur hidup dia tidak akan pernah bahagia kalau tidak mau merubah wataknya. Kalaupun dia merasa bangga dan tidak bermasalah dengan watak tersebut apakah ANAK atau ISTRINYA bahagia punya ayah atau suami yang demikian. Mungkin anak dan istrinya diam saja karena berusaha menerima dan memaklumi tapi sebenarnya mereka tidak bahagia. Jadi kalau seorang Ayah punya watak yang tidak baik dan orang tersebut menyadari, sebenarnya bisa dirubah dengan cara mulai berpikir dan terus menerus berpikir kalau dia itu adalah seorang ayah yang BAIK dan PENYABAR. Pecayalah tanpa disadari dia akan berusaha menjadi ayah yang baik dan penyabar akhirnya lama kelamaan menjadi kebiasaan dan akhirnya wataknya pun BERUBAH menjadi ayah baik dan penyabar.Cobalah saja tanyakan pada seorang anak atau seorang istri kalau punya ayah atau suami yang berwatak keras, tidak sabar dan pemarah atau punya watak buruk lainnya, apakah mereka senang atau lega dan bahagia kalau setiap hari harus menghadapi orang seperti itu.Mungkin buat kita atau siapa saja yang saat ini masih punya watak yang kurang baik perlu mendengarkan lagu yang dapat menggugah ini, apakah selama hidup kita sudah menjadi seorang anak, seorang teman, ibu atau ayah atau suami yang terbaik bagi keluarganya. Silakan dengarkan di:

No comments: